Ruteng, Kota Dingin dan Kota Pelajar di Dataran Tinggi Manggarai - Flores Barat

Ruteng - Kota Dingin, Praha dari Flores

tempatguru.com. Karena terpesona oleh keindahannya, seorang backpacker asal Jakarta memberi julukan Ruteng sebagai Praha dari Timur. Apakah ketika memberikan julukan itu, sang backpacker terinspirasi oleh julukan Bandung sebagai Paris van Java di zaman Belanda? Kita tidak tahu.  Yang jelas, pada kesempatan ini, tempatguru akan menyajikan kepada pembaca semua tentang Ruteng, kota dingin dan kota pelajar di dataran tinggi Manggarai - Flores barat.

ruteng kota dingin dan kota pelajar di dataran tinggi manggarai flores
View kota Ruteng diambil dari Golo Curu, sebelah selatan pinggiran kota Ruteng
foto: wisataNTT

Ruteng Kota Dingin dan Kota Pelajar 

Kota Ruteng termasuk kota terbesar di daratan Flores bersama kita Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka di Flores bagian timur. 

Ruteng berhawa dingin. Dilatarbelakangi  oleh jajaran pegunungan Mandosawu di  selatan yang membentang dari timur hingga barat yang selalu menghijau dan menjadi sumber mata air yang melimpah bagi kota itu. Bagian barat laut hingga ke utaranya terbentang persawahan yang subur dan tak henti-hentinya memberikan kebaikan dari dalam dirinya. Sementara di timur bertumbuh kopi, salah satu komoditi perdagangan Flores yang kian terkenal serta timur laut terhampar dataran luas, tempat berbagi antara landasan pesawat yang mengubungkan Ruteng  dengan dunia luar serta tempat ternak sapi merumput. 

Itulah Ruteng, salah satu kota penting di Pulau Flores yang  berumur satu abad lebih. Berada di dataran tinggi dengan kondisi alam yang masih belum banyak dieksploitasi, membuat kota ini amat natural, indah dan eksotis. Lingkungannya yang relatif bersih dan  tertata rapi serta penduduknya yang ramah  membuat pelancong mudah jatuh hati pada kesan pertama terhadap kota ini. 

Pater Stanis Ograbek, SVD, seorang imam misionaris termasuk orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama ini. Dalam buku berjudul “Demi Kebenaran (Bertualang di Ladang Tuhan)”, Imam SVD ini memberi kesaksian tentang keindahan alam Manggarai umumnya dan kota Ruteng khususnya. 

"Hawaii terkenal, dan orang-orang kaya berduyun-duyun ke sana dari seluruh dunia. Tapi nyatanya, Manggarai jauh lebih baik dari Hawaii.” 

Selanjutnya, Pastor yang memiliki jasa besar bagi Manggarai ini mengatakan, "Manggarai cantik karena alamnya sendiri menarik, tidak perlu di make-up. Cukup, pemerintah dan penduduknya menjaga  kebersihan dan berusaha supaya alamnya itu jangan dirusak."

Terselip pesan moral  yang mendalam dari Misionaris Serikat Sabda  Allah ini untuk orang-orang Manggarai: "Cukup Pemerintah dan penduduknya menjaga kebersihan  ( dan tidak mengekspoitasi secara berlebihan seperti yang terjadi belakangan ini terkait izin penambangan mangan ), maka Manggarai akan tetap menampakkan keindahan dan keelokannya."

Dari sisi pariwisata, Rutengpun  tetap penting, sepenting kota-kota di Flores lainnya, entah Ende, Maumere bahkan Labuan Bajo sendiri yang semakin terkenal itu. Mengapa? 

Karena kota ini tetap menjadi starting point atau transit point untuk  beberapa objek wisata sekitarnya. Tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri, utamanya bagi Pemda Manggarai.  


Ruteng – Pusat Kekuasaan Belanda 

Ruteng adalah sebuah kota yang relative baru. Sama seperti Bajawa,  sebagai kota yang terletak di pedalaman, Ruteng mulanya adalah sebuah perkampungan. Ketika merambah ke arah barat, terutama ke daerah pedalaman, penjajah Belanda menjadikan kampung atau compang ini sebagai pusat aktivitas Hindia Belanda untuk Flores Barat. 

Pemilihan Ruteng  ini bukan tanpa maksud. Dengan menjadikan Ruteng  sebagai  pusat  aktivitasnya, Belanda dapat  mengawasi  gerakan  kedaluan Todo-Pongkor  dan Cibal, dua  dari  sekian  kedaluan  yang  memiliki  pengaruh  besar dan berpotensi mengadakan pembangkangan terhadap mereka. Dari  Ruteng  ini pula, Hindia  Belanda mengontrol orang-orang Manggarai  lewat  kedaluan-kedaluan  peninggalan  Bima  dan  Goa itu. 

Gedung-gedung peninggalan Belanda di Ruteng tidak terlalu banyak dan bukan  bangunan besar pula sebagaimana  peninggalan Belanda di kota-kota besar Indonesia. 


Ruteng Pusat Penyebaran Misi Katolik di Flores Barat 

ruteng kota dingin dan kota pelajar di dataran tinggi manggarai flores
Red Chapel - Katedral Lama, landmark kota dingin Ruteng di Manggarai - Flores

Kekaguman terhadap keindahan Ruteng lebih disebabkan karena keberadaan bangunan-bangunan misi SVD, sebuah tarekat resmi dalam Gereja Katolik yang ditugaskan mewartakan Gereja Kerajaan Allah di tanah Flores.

Jejak awal keberadaan Gereja Katolik di  Manggarai amat kuat dengan hadirnya Katedral Ruteng lama yang menjadi landmark kota ini. Nuansa kekatolikan yang berciri Eropa itu semakin terasa dengan hadirnya Katedral Baru serta Universitas Santo Paulus yang belum lama didirikan dan merupakan kelanjutan dari STKIP Ruteng di masa lalu. 

Kehadiran dua buah Katedral serta lembaga pendidikan tinggi dan menengah milik Gereja dikelola oleh tarekat menjadi Ruteng dijuluko sebagai Kota Seribu Gereja. 

                                        

Objek Wisata Ruteng  dan  Sekitarnya

Bila datang ke Ruteng, Anda tak akan kecewa. Kota ini kaya akan objek  wisata yang bisa dikunjungi, selain sebagai starting point  untuk  beberapa  objek  wisata  di Manggari Tengah


1.      Dwitunggal  Katedral  Ruteng

Sebagai wisatawan, wajib hukumnya Anda mengunjungi Katedral Ruteng. Mungkin agak berlebihan menyejajarkan  Ruteng dengan Praha – salah satu kota  terindah di Eropa. Namun  bila Anda  adalah  penyuka  dan  pengagum  arsitek  Eropa  klasik, tidak  ada  salahnya, menelusuri  dalam keheningan  relung-relung  Katedral  Lama maupun Katedral Baru.

Ada nuansa yang sama  antara  Gereja  Katedral  ini  dengan  gereja-gereja  besar di Eropa. Sama  seperti  gereja-gereja  besar  peninggalan Abad Pertengahan di Eropa, kedua  katedral  Ruteng  ini  juga   bergaya  barok.

Ada banyak keagungan klasik warisan barok yang bisa Anda temukan di katedral ini. Kuncinya adalah sedikit pemahaman arsitektur dan ketelitian untuk menelusuri. 


a.      Katedral  Baru

Katedral Baru - St. Maria Assumpta. Nuansa Eropa tetap mendominasi. Mulai dibangun pada tahun 1996. Istimewanya, bangunan ini  sangat besar dan berada di atas tanah yang sangat luas pula, yaitu  4000 meter persegi. 

Selain kemegahan bangunannya,  ada beberapa bagian menarik di lingkungan paroki katedral ini:

1. Patung Santa Maria Diangkat ke Surga. 

Patung ini berada  di atas anak tangga terakhir menuju halaman gedung gereja. Patung inilah yang menjelaskan nama bangunan ini, yaitu Gereja  Santa Maria Assumpta - Santo Yosef.  

2. Menara Lonceng Gereja

enara lonceng Gereja ini  berada di belakang sebelah kiri patung Santa Maria Assumpta. Bila berada di area ini  menjelang perayaan Ekaristi atau Doa Angelus – jam 06.00 pagi, 12.00 siang – 06.00 sore, Anda  dapat   mendengarkan  dentangan lonceng-loncengnya yang  menggema  hingga jauh  mengingatkan  umatnya  akan  doa Angelus atau Doa  Malaikat Tuhan. 

Secara tradisi,  doa ini didaraskan untuk mengingatkan peristiwa Inkarnasi, Sang Firman, Sabda Allah yang menjelma menjadi Manusia dalam rahim Perawan Maria. Suara  lonceng  ini  semacam  panggilan doa seperti suara  adzan  bagi  saudara-saudara  muslim.

3. Stasi Jalan Salib

Stasi Jalan Salib yang mengekspresikan momen-momen sengsara Kristus itu, berakhir pada patung replika Pieta karya Michael Angelo. 

Halaman gereja ini ditanami bunga-bunga warna warni dan pohon-pohon cemara. Yang istimewa, ada juga berbagai tanaman sayuran organik yang hasil panennya dapat dibeli.

4. Gedung Gereja 

Di sisi timur bagian depan terdapat patung Yesus Sang Gembala. Bagian dalam terdiri dari 2 lantai. Lantai dasar terdapat lorong berbentuk salib, mulai dari pintu utama hingga ke depan altar dan bersilangan dengan lorong dari pintu samping kiri dan kanan.  Lantai atas hanya ada di bagian belakang. 

Kalau beruntung, ketika  kedatatangan   Anda  bertepatan dengan jadwal latihan paduan suara,  Anda mungkin akan terkejut  mendengar paduan suara di kota kecil ini menyanyikan lagu-lagu Palestrina atau Cesar Frank dengan sangat  indah diiringan orgel – musik khas  GerejaKatolik yang sangat  merdu  dan  bening. Nikmatilah sambil mengamati ukiran-ukiran kisah sengsara Yesus di dinding-dinding bagian atas gereja.  Pengalaman spiritual Anda  mungkin  akan  semakin  diperkaya.

b.      Katedral Lama

Tidak jauh dari Gereja Katedral terdapat Gereja kategorial Santo Yosef yang umurnya jauh lebih tua dan berfungsi sebagai Katedral sebelum Katedral baru dibangun. Gereja Santo Yosef memiliki keunikan karena dinding luarnya berwarna merah. Karena itulah lebih dikenal sebagai Red Chapel. Bangunan ini merupakan peninggalan misionaris  awal  dengan  struktur    tembok  yang sangat kuat dengan lempengan besi   pada  bagian tengahnya.

2.      Compang  Ruteng

ruteng kota dingin dan kota pelajar di dataran tinggi manggarai flores
Mbaru Gendang yang tersisa di Ruteng Pu'u atau Kampung Ruteng. Di dalamnya tersimpang gendang, simbol suku Ruteng sebagai salah satu sub suku Manggarai
foto: pariwisata.manggaraikab.go.id

Bila ke Ruteng, jangan lupa kunjungi Rumah Adat Manggarai di compang Ruteng. Ini adalah salah satu perkampungan tradisional Manggarai. Berjarak  kurang  lebih 3 km dari  pusat  kota  Ruteng. Walaupun sudah mengalami modifikasi, kampung  ini  wajib   dikunjungi  bila  Anda  hendak  memahami  budaya   Manggarai   sebagai   salah   satu   asset   budaya   Flores khususnya   dan  budaya Indonesia   umumnya. 

Memang  hanya   tinggal 2 buah  rumah, tetapi paling tidak, kampung ini  tetap   memperlihatkan  pola-pola umum   perkampungan   tradisional   suku  Manggarai. 

Secara  umum, perkampungan   tradisional   Manggarai terdiri  dari   tiga   bagian   utama, yaitu   bagian  depan, sebagai  gerbang, bagian   tengah   dan   bagian belakang. Kampungnya  sendiri  berbentuk  elips. Rumah-rumah  berada di kelilingnya   dan di tengah-tengah  ada  mesbah  persembahan  untuk   arwah   nenek moyang di bawah  sebatang   pohon   dadap. 

Rumah  adat   sendiri   yang disebut   Rumah   Gendang – karena di dalamnya   ada   gendang   symbol keluarga   besar   dari   satu   keturunan yang sama. Rumah  adat  Manggarai   adalah   sebuah   rumah panggung   dengan  bahan  utama  dari   kayu  dan  beratapkan  rumbia/alang-alang  atau  juga   lembaran-lembaran  ijuk. 

Sayang kampung Ruteng   ini   kurang   dirawat   secara   intensif. Mestinya,  demi pelestarian budaya dan demi pariwisata, Compang Ruteng  dirawat  dan   dikelola  secara  baik. Selain   karena  letaknya   yang dekat dengan   Ruteng, compang  ini  juga   sebetulnya  menjadi  etalase   budaya   Manggarai   bagi orang-orang luar  Manggarai    untuk  melihat  dan   memahami   lebih   dekat   Manggarai  itu   sendiri. 

Mestinya, Pemda   memfasilitasi agar produk   budaya   Manggarai   selain semakin  dikenal   dunia   juga terawatt   secara   baik. Produk  budaya   bukan   saja    soal    music dan   tarian-tarian   tetapi   juga   situs-situs   dan  produk  material lainnya. Dengan jalan itu, identitas kemanggaraian akan tetap terjaga di tengah derasnya arus budaya populer yang mengikis identitas tradisional hampir semua suku bangsa. 


3.      Sunrise dan Goa Maria Golo Curu

Jika Anda  adalah pencinta  alam, jangan  lewatkan moment menyembulnya sang surya  dari  ufuk  timur  di Golo  Curu. Golo  Curu  adalah  sebuah  bukit  kecil di sebelah  selatan Ruteng, tepatnya di Karot. Tempat ini dapat ditempuh selama 30 menit dari Ruteng. 

Moment matahari terbit terbaik dapat dinikmati selama musim kemarau. Anda harus sudah keluar dari penginapan di Ruteng pkl. 05.00. Paculah kendaraan menuju  ke  utara, lewat  jalan  menuju Reo. Setelah  melewati  sungai, dengan  mengambil  arah  ke  kanan, Anda  akan  tiba di Karot. Teruslah  pacu  kendaraan  Anda menuju  puncak  bukit  Golo  Curu. 

Dari tempat  ini, Anda   bisa  mengabadikan moment “sunrise” di mana  manatahari  secara  perlahan menampakkan  diri  dari  balik  bukit-bukit nun jauh di ufuk  timur. Pendaran  dan  biasan  sinar  matahari  awal  dari  balik  bebukitan di timur  akan  melahirkan  pemandangan  yang  spektakuler. Anda  dapat  menyudahi   moment itu  dengan  berdoa dan berfoto di depan  arca  Bunda Maria dan  menikmati  pemandangan  kota  Ruteng  ke  arah selatan  hingga  barat  daya  di   kaki pegunungan  Mandosawu. 

Dijamin, pengorbanan  Anda  melawan  dinginnya udara   Ruteng di pagi buta  terbayar  oleh  pengalaman  kosmis  menyaksikan  landscape  Manggaraitengah  yang indah  secara alami.

4.      Situs  Manusia  Purba “Liang Bua”

Liang Bua  adalah  sebuah  goa  alami yang sangat  luas. Tempat  ini  telah  menjadi  terkenal di seluruh  dunia, terutama  dalam  bidang  antropologi purbakala semenjak diperkenalkannnya satu spesies manusia purbakala yang disebut homofloresiensis tahun 2003. Homo Floresenesis adalah manusia purba unik yang tingginya hanya sekitar satu meter pada usia dewasa. 

Berada di tempat ini, niscaya akan membuat Anda merefleksikan kembali siapakah diri Anda. Bagi orang yang meyakini teori evolusinya Charles Darwin mungkin akan percaya bahwa ia adalah salah satu mata rantai evolusi manusia yang panjang sejak manusia purba seperti homofloresiensis ini. Sedangkan bagi pendukung teori asal-usul manusia terbaru, Teori Out of Africa misalnya, mungkin akan berpendapat bahwa zaman manusia purba telah berlalu seiring punahnya dinosaurus. Ini adalah zaman gue, zaman manusia modern, makhluk dengan sedikit naluri tetapi punya potensi yang tak terbatas berkat akal dan budi yang dimilikinya.

Kembali dari Liang Bua, Anda dapat  melihat Lingko dari dekat di atas bukit. Lingko adalah lahan pertanian adat yang dibagi dengan pola terpusat pada satu titik yang menyerupai jaring laba-laba. Pemandangan yang ditawarkan oleh Lingko sungguh sangat spektakuler karena menampilkan karya seni buatan tangan manusia dalam bentuk raksasa. 


Akses Menuju Ruteng 

Kalau lewat darat, Ruteng dapat ditempuh dari Labuan Bajo di barat maupun dari Bajawa di timur. Jarak antara Labuan Bajo – Ruteng kurang lebih 120 km dan dapat ditempuh dalam waktu 4 jam. Jarak antara Bajawa – Ruteng kurang lebih 125 km dan dapat ditempuh dalam waktu 4 jam.

Kota ini juga dapat dijangkau lewat udara. Ada bandara kecil sekitar 5 km ke arah timur laut Ruteng, namanya bandara Frans Sales Lega.

Sarana transportasi yang menghubungkan bandara dengan kota  masih sangat  terbatas. Dari bandara menuju ke pusat kota Ruteng atau sebaliknya, Anda bisa menggunakan travel namun jumlahnya cukup terbatas. Biaya yang dikenakan sekitar Rp 50.000 per orang untuk tujuan dalam kota Ruteng. Sedangkan dari bandara, bila Anda ingin pergi ke luar kota Ruteng bisa juga menyewa kendaraan roda empat. Biaya yang dikenakan sekitar Rp 500.000 plus pengemudinya.


Sumber: Dari berbagai sumber


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url