Orang Manggarai; Garis Wallace Migrasi Manusia Flores

tempatguru.com. Dari fitur fisik, orang  Manggarai itu unik. Mereka beda dengan suku-suku Flores lainnya. Tetapi bagi saya, orang Manggarai adalah semacam Garis Wallace Migrasi Manusia Modern. Klaim itulah yang coba Quguru kemukakan dalam sebuah teori di akhir tulisan "Orang Manggarai; Garis Wallace Migrasi Manusia Flores."  


Diversitas Etnis Flores: Eksplorasi Kebudayaan dan Asal-Usul Suku-Suku

Tidak ada yang namanya suku Flores. Ini terjadi karena orang-orang yang dianggap penduduk asli Pulau Flores tidak memiliki latar belakang etnisitas yang sama. 


Walaupun orang-orang yang lahir dan besar di Flores biasanya mengidentifikasikan diri dengan "Flores", mereka tetaplah memiliki latar belakang etnis yang berbeda. Ketika berinteraksi dengan orang-orang luar Flores, mereka akan memperkenalkan diri sebagai orang Flores, itu terjadi karena memang mereka berasal dari Flores. 



Orang-orang Flores Timur dan Lembata di Flores Timur secara fisik memiliki perbedaan dengan orang-orang Manggarai di Flores bagian barat.
Para wanita Lamaholot yang menjadi penduduk asli Flores Timur dan Lembata. Secara fisik berbeda dengan para wanita Manggarai, Flores Barat. 


Pulau Flores, dengan kekayaan budaya dan etnisnya, menjadi tempat tinggal bagi sejumlah suku yang berbeda. Salah satu contoh yang mencolok adalah perbedaan fisik antara penduduk Flores Timur dan Lembata dengan orang-orang Manggarai di wilayah barat pulau ini. Bahkan, wanita Lamaholot yang merupakan penduduk asli Flores Timur dan Lembata memiliki perbedaan fisik yang jelas dengan wanita Manggarai di wilayah barat Flores.


Orang-orang Flores terdiri dari beberapa kelompok etnis yang mencakup suku Manggarai-Riung, Ngadha-Lio, Mukang, Lamaholot, dan Kedang. 


Sekali lagi, saat merantau atau sedang berada di luar Flores, mereka sering menggunakan istilah "orang Flores" untuk memudahkan pengenalan karena asal mereka dari Flores.

Orang Manggarai yang mendiami Flores bagian barat memiliki perbedaan dengan orang Lembata dan Lamaholot di Flores bagian timur
Para wanita Manggarai yang mendiami Flores bagian barat. Terlihat jelas perbedaan mereka dengan para wanita Lamaholot, bukan saja pakaian adat tetapi terutama bentuk muka. 


Mari kita telaah secara mendalam mengenai suku-suku "asli" yang mendiami Flores, dimulai dari wilayah barat pulau ini, khususnya suku Manggarai.




Mengenai Asal-Usul Orang Manggarai


Pulau Flores bagian barat didiami orang Manggarai. Paling tidak ada tiga versi terkait penamaan suku terbesar di Flores ini.
Penduduk pulau bagian barat Flores, dikenal sebagai orang Manggarai, memiliki beberapa versi mengenai asal-usul mereka yang menarik untuk dibahas.


Versi Pertama: Dari Gowa


Versi pertama mengaitkan asal-usul nama "Manggarai" dengan kata-kata dari bahasa Gowa di Sulawesi Selatan, yakni "manggar" (jangkar) dan "rai" (putus). Menurut cerita rakyat Manggarai, para pelaut dari Gowa pernah berlayar ke selatan dan menemukan sebuah pulau yang sangat subur, namun jangkar mereka putus akibat badai besar, sehingga mereka tidak berhasil mendarat. Daerah ini kemudian mereka namakan Manggar-Rai, dan nama Manggarai pun akhirnya dipakai untuk menunjuk daerah tersebut.


Para pemikir yang membenarkan teori ini mendasarkan pemikirannya dari banyak kesamaan kosa kata antara etnis Gowa dan Manggarai. Namun pandangan ini kurang tepat karena terkait dengan kesamaan kosa kata, ditemukan lebih banyak kesamaan kosa kata antara etnis Manggarai dengan etnis Ngada yang tersebar di Manggarai bagian timur hingga Kabupaten Ngada.


Sesungguhnya kesamaan kosa kata itu lebih disebabkan karena kesamaan rumpun bangsa dan bahasa, yaitu sama-sama Austronesia, yaitu ras yang terbentuk karena migrasi manusia modern dari Taiwan yang tersebar dari Philipina hingga kepulauan Indonesia bagian barat. 



Orang Todo, pakaian adatnya berbeda dengan Manggarai lainnya

Versi Kedua: Dari Minangkabau

Versi kedua menghubungkan asal-usul orang Manggarai dengan Sumatera Barat, mengaitkan kata "manggar" dengan nama sebuah batu yang dibawa oleh Empo Masur, keturunan Raja Luwu, yang merupakan cikal bakal orang Todo-Pongkor dari Sumatera Barat. Ada banyak versi lainnya yang berkembang di Manggarai, termasuk yang mengaitkan mereka dengan keturunan Sumba, Bima, Bugis Luwu, Melayu Malaka, atau Minangkabau.


Pengaruh dari kesultanan Goa di wilayah tersebut juga sangat besar, di mana Masur, yang mewakili kesultanan Goa, behubungan dengan penduduk asli dan mempengaruhi budaya lokal. Ada hipotesa yang mengatakan bahwa orang Manggarai, terutama Todo-Pongkor, merupakan hasil perkawinan antara penduduk asli dengan pendatang dari Minangkabau yang masuk ke wilayah Flores Barat melalui kekuasaan kesultanan Goa dari Sulawesi Selatan.


Versi ini juga patut dipertanyakan karena adanya perbedaan budaya, terutama perkawinan antara etnis Manggari dengan Minangkabau. Terdapat perbedaan di antara kedua etnis ini. Etnis Manggarai menganut sistem Perkawinan Patrilineal. Sementara etnis Minangkabau menganut sistem Perkawinan Matrilineal atau Garis Keturunan Ibu, sesuatu kecocokan antara Etnis Minangkabau dengan Etnis Ngada.



Versi Lain


Beberapa versi asal-usul orang Manggarai juga menyebutkan bahwa mereka berasal dari Sumba atau Makasar, namun, belum ada fakta yang dapat menegaskan asal-usul mereka secara pasti. 



Orang Cibal - lihat songketnya berbeda dengan Orang Todo


Banyak versi tentang asal-usul nenek moyang orang Manggarai di atas menunjukkan bahwa kemungkinan besar orang Manggarai bukanlah suku yang murni, melainkan pertautan antar kelompok pendatang dalam sejarah yang panjang, yang menetap di wilayah Flores Barat dalam kurun waktu yang cukup lama, saling berinteraksi, dan membentuk identitas Manggarai yang dikenal saat ini.


Topi Manggarai - mirip kopiah: salah satu pengaruh Goa - Makasar


Banyaknya teori tentang asal-usul orang Manggarai seperti yang terungkap dalam beberapa versi di atas sebetulnya memberikan manfaat ilmiah bagi para antropolog profesional dan juga bagi para awam yang memiliki minat mempelajari asal-usul orang Flores umumnya dan orang Manggarai khususnya. 



Secara geografis, Pulau Sumba sangat dekat dengan Pulau Flores
Secara geografis, Flores Barat ( Manggarai ) sangat dekat dengan P. Sumba



Teori Out of Africa dan Asal-Usul Orang Manggarai


Versi-versi di atas tetap meninggalkan sebuah misteri tentang asa-usul orang Manggarai. Semua versi menampilkan serpihan-serpihan informasi yang bisa kita satukan dalam sebuah cara atau hipotesis.

Salah satu cara untuk lebih memahami asal-usul orang Manggarai adalah melalui lensa Teori Out of Africa. Teori ini menyatakan bahwa seluruh ras manusia modern berasal dari Afrika. 


Berdasarkan penelusuran genetik populasi manusia dengan menggunakan biologi molekuler, diketahui bahwa seluruh ras manusia merupakan hasil evolusi manusia modern dari benua Afrika (Homo sapiens).

Dr. Alice Roberts dalam bukunya "The Incredible Human Journey" merangkai sejarah migrasi manusia dari Afrika sekitar 150.000 tahun yang lalu. Menurutnya, ketika iklim bumi berubah, sekelompok manusia melintasi Afrika dan menyebar ke seluruh dunia. Ada yang menuju ke timur, mencapai Anak Benua India melalui Timur Tengah dan Oseania melalui Indonesia, sementara beberapa kelompok menuju ke Eropa melalui Laut Merah dan Asia Tengah.



Peta migrasi manusia modern menurut teori Out of Africa

Teori Out of Africa membantu dalam membangun hipotesa baru mengenai asal-usul Orang Manggarai yang merupakan bagian dari migrasi manusia ke wilayah Oceania hingga Australia. 


Kemungkinan, orang Manggarai adalah hasil dari migrasi manusia modern yang membentuk suku-suku di Flores, dan interaksi yang intensif antara pendatang dengan suku-suku lain di wilayah tersebut.

Dr. Alice Robert - salah satu pendukung Teori Out of Africa

Kesimpulan: Orang Manggarai, Garis Wallace dalam Sebaran Etnis di Indonesia

Sebagai kesimpulan, pulau Flores mempertontonkan kekayaan etnis yang kompleks. Orang Manggarai, sebagai salah satu suku terbesar di sana, memiliki beragam versi tentang asal-usul mereka. Suku Manggarai, dengan segala kompleksitasnya, menunjukkan bahwa mereka mungkin adalah hasil dari interaksi dan migrasi manusia modern yang melintasi wilayah Asia Tenggara, membentuk suku-suku yang unik di wilayah ini.

Paparan Sunda dan Sahul yang memungkinkan migrasi fauna & manusia

Suku Manggarai, dengan segala kompleksitasnya, menunjukkan bahwa mereka mungkin adalah hasil dari interaksi dan migrasi manusia modern yang melintasi wilayah Asia Tenggara, membentuk suku-suku yang unik di wilayah ini.
 
Garis Wallace yang memisahkan persebaran flora dan fauna di Indonesia
Garis Wallace & Weber,  pemisah sebaran fauna Indonesia

Interaksi itu terjadi secara intensif dalam kurun waktu yang panjang sehigga terjadi amalgamasi dengan penduduk asli dan membentuk sebuah suku baru yang mewariskan hereditas dan budaya dari kedua belah pihak. 


Orang Manggarai, Flores Barat, perpaduan antar ras proto melayu dengan ras deutero melayu
Gadis-gadis Manggarai, unik karena merupaka perpaduan antara Proto Melayu - Deutero Melayu


Dalam konteks ini, Manggarai mungkin merupakan suku yang unik dalam khasanah keberagaman etnis Indonesia, yang menggambarkan kompleksitas migrasi manusia. Mereka mungkin menjadi representasi sebuah "garis Wallace" dalam penyebaran etnis dan suku manusia di wilayah Indonesia.

Sumber: 
Dari berbagai sumber. 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url