Mobilitas Sosial Sebagai Perpindahan Kelas Sosial dan Perpindahan Geografis Masyarakat

Pernahkah kamu melihat orang yang tadinya memiliki rumah mewah atau mobil mahal lalu kehilangan rumah mewah atau mobil mahal tersebut? Atau pernahkan kamu melihat orang tua yang memiliki kekuasaan besar ( gubernur, bupati, kepala desa ) tetapi anaknya hanya sebagai rakyat biasa? Dalam sosiologi, fenomena seperti ini dinamakan mobilitas sosial. Untuk itulah pada kesempatan ini, Quguru akan memaparkan Mobilitas Sosial Sebagai Perpindahan Kelas Sosial dan Perpindahan Geografis Masyarakat.
Ilustrasi perpindahan individu dari kelas yang satu ke kelas yang lain secara vertikal
Mobilitas Sosial adalah perpindahan kelas sosial secara vertikal

Mobilitas sosial adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggota masyarakat. Misalnya, seorang pegawai swasta meninggalkan pekerjaannya dan beralih menjadi seorang pengusaha. Seorang pengusaha besi tua yang memiliki rumah besar dan banyak mobil tetapi kemudian bangkrut sehingga rumah dan mobilnya harus dijual untuk melunaskan hutang-hutangnya ke bank. Keluarganya harus mengkontrak rumah dan mencari usaha baru mulai dari nol lagi. Atau anak seorang tukang gorengan berhasil menjadi sarjana dan keberja di perusahaan yang bagus sehingga orang tuanya tidak perlu lagi berdagang gorengan tetapi beralih menjadi pengusaha rumah makan berkat sokongan anaknya.


Pengertian Mobilitas Sosial

Mobolitas berasal dari kata latin mobilis artinya berpindah. Sedangkan sosial artinya masyarakat. Dengan demikian secara harafiah, mobilitas sosial artinya perpindahan masyarakat. Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial artinya perpindahan masyarakat dari kelas yang satu ke kelas yang lain atau dari strata yang satu ke strata yang lain. Sedangkan menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas soail adalah pergerakan dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi kelompok sosial.

Sebetulnya mobilitas sosial tidak hanya menunjuk pada perpindahan individu antar kelas sosial tetapi juga perindahan individu atau kelompok dari wilayah geografis yang satu ke wilayah geografis yang lain.

Dengan demikian, mobiltas sosial bisa dipahami sebagai perpindahan atau pergerakan masyarakat dalam struktur sosial dan antar wilayah geografis.


Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial


Karena mobilitas sosial mengacu kepada perpindahan individu atau anggota masyarakat antar strata dan antar wilayah, maka mobilitas sosial dapat dibedakan atas tiga bentuk, yaitu:

a. Mobilitas Vertikal

Merupakan perpindahan individu atau kelompok masyarakat ke kelas lebih tinggi atau yang lebih rendah. Individu atau kelompok yang mendapatkan kedudukan atau status yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih besar dan properti yang lebih banyak dikatakan mengalami mobilitas vertikal naik berkat kenaikan kedudukan atau kelas sosial.

Kenaikan kedudukan atau kelas sosial seperti ini disebut juga social climbing. Sedangkan Individu atau kelompok yang mengalami penurunan kedudukan atau status, pendapatan yang berkurang dan properti yang menyusut dikatakan mengalami mobilitas vertikal turun karena penurunan kedudukan atau kelas sosial. Penurunan kedudukan atau kelas sosial seperti ini disebut juga social sinking.

b. Mobilitas Horisontal, 

Merupakan perpindahan individu atau kelompok masyarakat dari posisi sosio-eknomi yang satu ke posisi sosio-ekonomi yang lain yang sederajat. Mobilitas ini bisa terjadi dalam bentuk individu berpindah kerja antar perusahaan dengan posisi yang sama atau pada perusahaan yang sama tetapi dipindahkan ke lokasi kerja yang berbeda.

c. Mobilitas Lateral atau Mobilitas Geografis

Berjubelnya penumpang angkutan umum, antara lain di kereta rel listrik  adalah contoh mobilitas atau perpindahan masyarakat secara horisontal
Pagi berangkat kerja, petang pulang kerja menggunakan moda transportasi KRL adalah salah satu bentuk mobilitas sosial 


Jenis mobilitas ini merupakan perpindahan individu atau kelompok masyarakat dari satu wilayah geografis yang satu ke wilayah geografis yang lain. Mobilitas geografis ini banyak sekali terjadi dalam masyarakat modern. Ini disebabkan karena semakin majunya teknologi transportasi dan informasi yang memungkinkan individu atau kelompok bisa berpindah antar wilayah secara cepat, massal dan murah. Coba perhatikan begitu banyaknya kaum ekspatriat di Jakarta ini, wisatawan manca negara yang mengunjungi Indonesia atau kaum TKI yang bekerja di luar negeri. Semua itu merupakan bentuk-bentuk  mobilitas lateral atau mobilitas geografis.

Mobilitas Lateral bisa dibedakan atas dua bentuk umum, yaitu:

1. Mobilitas Permanen

Perpindahan individu atau anggota masyarakat dari wilayah yang satu ke wilayah yang lain dengan tujuan untuk menetap di wilayah yang baru. Bentuk-bentuknya: migrasi ( perpindahan penduduk antar Negara ), transmigrasi ( perpindahan penduduk antar daerah dalam satu negara ), urbanisasi ( perpindahan penduduk dari desa ke kota )

2. Mobilitas non permanen 

Perpindahan anggota masyarakat antar wilayah yang dilakukan secara simultan. Bentuk-bentuknya adalah mobilitas sirkular , yaitu perpindahan anggota masyarakat antar wilayah yang dilakukan secara musiman, ( misalnya mudik lebaran, liburan akhir tahun ), mobilitas ulang-alik, yaitu perpindahan anggota masyarakat yang dilakukan secara rutin menurut pola tertentu, yaitu harian atau mingguan ( misalnya penduduk Tangerang, Bogor, Bekasi yang pagi-pagi datang bekerja di Jakarta dan sore atau malam hari kembali lagi ke rumah mereka masing-masing di Tangerang, Bogor, Bekasi atau daerah lain ).

Dalam masyarakat modern, mobilitas lateral atau geografis ini sering terjadi secara bersamaan dengan mobilitas vertikal maupun mobilitas horizontal.

d. Klasifikasi  ( Mobilitas Sosial ) Lain 

Dalam bentuk yang lain, mobilitas sosial bisa dibedakan menjadi mobilitas antar-generasi dan mobilitas intra-generasi. 

Mobilitas antar-generasi secara umum bisa dipahami sebagai perpindahan atau perubahan status dari generasi orang tua ke generasi anak. Deskripsi mobilitas antar-generasi ini membantu kita menganalisis kondisi perubahan status sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bagaimana pengaruh status orang tua terhadap anaknya. Para sosiolog memfokuskan studi pada mobilitas antar-generasi ini untuk melihat factor-faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas pada suatu masyarakat. 

Sedangkan mobilitas intra-generasi adalah perubahan status sosial yang dialami satu individu tertentu dalam hidupnya. 

Dalam struktur sosial di mana anggota masyarakatnya ditempatkan secara bertingkat menurut kasta, etnis atau jenis kelamin, mobilitas antar-generasi ataupun intra-generasi hampir tidak mungkin terjadi. Setiap individu yang lahir dalam kasta atau etnis tertentu akan tetap pada kelas sosial yang sama seumur hidupnya. 

Namun, dalam struktur sosial di mana kedudukan atau posisi sosial ditentukan factor-faktor yang dapat mengubah posisi sebuah generasi, seperti prestasi, pendidikan, ketrampilan, kemampuan atau kekayaan, individu dapat berpindah kelas sosial, naik ataupun turun kelas sosial.


Faktor Penghambat mobilitas Sosial

a. Perbedaan Ras dan Agama

Dilihat dari aspek diferensiasi sosial, setiap ras dan agama memiliki kedudukan yang sederajat. Namun fakta menunjukkan bahwa perbedaan ras dan agama sering memunculkan konfigurasi hubungan kelompok dominan melawan kelompok sub-ordinat; ada kelompok yang menang dan menikmati fasilitas-fasilitas yang ditegaskan secara hukum dan ada kelompok yang kalah, yang harus bekerja keras untuk bertahan hidup karena mengalami perlakuan diskriminatif formal. Individu yang dilahirkan dalam ras atau agama yang dibenci kelompok dominan harus menerima nasib sebagai kelompok yang tidak beruntung.

b. Diskriminasi kelas

Dilihat dari aspek stratifikasi sosial, ada upaya kelas yang di atas melanggengkan kekuasaan mereka. Hal ini berlaku dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan politik. Dalam menjalankan fungsi sosialnya, ada kecenderungan kelompok kelas yang di atas untuk lebih mengutamakan kepentingan mereka dahulu baru kemudian kelas yang di bawahnya.

c. Kemiskinan

Masyarakat memang menyediakan saluran mobilitas. Namun karena mobilitas vertical naik membutuhkan modal, maka kemiskinan menjadi factor yang membatasi gerakan individu untuk melakukan mobilitas vertikal naik.

d. Perbedaan Jenis Kelamin – Gender

Pada masyarakat yang bersifat patriakhal dan maskulin, pekerjaan selalu dikaitkan dengan jenis kelamin, misalnya tugas memimpin masyarakat dikaitkan dengan lelaki, tugas mengurusi keluarga dikaitkan dengan perempuan. Akibatnya, yang boleh beresekolah hanyalah anak laki-laki, sedangkan anak perempuan di rumah saja sambil menunggu dipinang dan diboyong ke keluarga suami.


Faktor Pendorong Mobilitas sosial


a. Perubahan kondisi sosial

Terutama kondisi sosial yang lebih kondusif terhadap proses pembangunan. Situasi sosial yang aman, di mana tidak ada konflik antar kelompok serta peraturan sosial atau hukum-hukum yang tertulis secara jelas dan dihargai seluruh warga masyarakat, akan menciptakan iklim investasi yang baik dan proses pembangunan yang terarah. Hal ini akan menciptakan lapangan kerja bagi warga masyarakat sehingga dengan sendirinya perdapatan perkapita warga masyarakatpun akan meningkat pula.

b. Ekspansi teritorial dan gerak populasi

Terutama perluasan lahan pertanian dan perpindahan warga masyarakat dari wilayah yang tandus dan tidak produktif secara ekonomi ke tempat lain yang lebih baik, baik dalam bentuk transmigrasi ataupun urbanisasi. Di satu sisi, ekspansi teritorial ini bisa memperbaiki tingkat penghidupan masyarakat sehingga secara ekonomipun taraf hidup mereka menjadi lebih baik. Banyak kisah sukses yang diraih oleh mereka yang bertransmigrasi, karena di tempat yang baru mereka bisa menanam tanaman yang punya nilai ekonomi tinggi misalnya kelapa sawit. 

Di sisi lain, ekspansi teritorial tidak tidak serta merta meningkatkan taraf hidup mereka. Ada banyak juga yang tidak mampu meningkatkan taraf hidup keluarga sehingga mengalami kegagalan dan menciptakan masalah sosial yang baru. Hal ini dapat kita temukan dalam fakta-fakta urbanisme sehingga kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya atau Makasar, sperti disinyalir beberapa sosiolog, tidak lebih dari sebuah desa raksasa.

c. Telekomunikasi dan Transportasi

Adanya perkembangan alat-alat telekomunikasi dan transportasi baik darat, laut atapun udara memungkinkan terjadinya interaksi yang dinamis antar wilayah. Dari interaksi itu terjadi pula perdagangan sehingga meningkatkan pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Secara umum disadari bahwa akses transportasi yang baik antar wilayah juga akan meningkatkan perdagangan antar wilayah.

d. Profesionalisme

Yaitu keahlian dan ketrampilan pada bidang tertentu. Untuk memenangkan persaingan usaha dalam dunia modern, individu dituntut untuk benar-benar ahli dan terampil dalam pekerjaannya sehari-hari. Selain itu profesionalisme juga menuntut pelayanan yang baik dan berkualitas untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat pengguna barang atau jasa para professional. Bila individu menguasai kualifikasi itu bisa dijamin ia akan meraih kepercayaan masyarakat dan status sosialnya pun akan meningkat.


Saluran Mobilitas social

"Saluran mobilitas sosial" adalah istilah yang mengacu pada berbagai jenis mekanisme, program, atau strategi yang dirancang untuk membantu masyarakat memperoleh akses ke sumber daya dan peluang untuk memajukan mobilitas sosial mereka, terutama perpindahan individu atau kelompok dari satu tingkat sosial ke tingkat lain yang lebih tinggi.

Pitirim A. Sorokin ( 1960 ) mengidentifikasi beberapa lembaga sosial yang bisa digunakan untuk menaikkan kelas sosial, yaitu:

Pendidikan

Sorokin menekankan bahwa pendidikan adalah saluran mobilitas sosial yang paling penting. Ia percaya bahwa pendidikan bisa membantu seseorang memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan status sosial dan kelas sosial.

Ekonomi

Sorokin juga menekankan pentingnya ekonomi dalam membantu seseorang naik kelas sosial. Ia percaya bahwa perubahan ekonomi dapat membantu seseorang memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan meningkatkan pendapatannya.

Politik

Sorokin juga menekankan pentingnya lembaga politik dalam membantu seseorang naik kelas sosial. Ia percaya bahwa partisipasi politik dapat membantu seseorang memperoleh pengaruh dan kekuasaan yang diperlukan untuk meningkatkan status sosial dan kelas sosial.

Lembaga Budaya

Sorokin juga menekankan pentingnya lembaga budaya, seperti kebudayaan dan kesenian, dalam membantu seseorang naik kelas sosial. Ia percaya bahwa kemampuan menikmati dan memahami budaya dapat membantu seseorang memperoleh status sosial dan kelas sosial yang lebih tinggi.

Namun, meskipun ada beberapa lembaga sosial yang dapat membantu seseorang naik kelas sosial, Sorokin juga menekankan bahwa mobilitas sosial bukanlah sesuatu yang pasti. Mobilitas sosial juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti diskriminasi dan kesempatan yang tidak merata.



Dampak Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial atau perpindahan masyarakat dapat membawa beberapa dampak positif maupun dampak negatif bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. 

Dampak Positif

Berikut adalah beberapa dampak positif mobilitas sosial,  di antaranya:

Peningkatan kesempatan kerja

Mobilitas sosial dapat membuka peluang bagi individu untuk menemukan pekerjaan yang lebih baik dan memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Peningkatan Pendapatan

Banyak orang yang dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan pindah ke lokasi kerja yang lebih baik.

Peningkatan Kualitas Hidup

Mobilitas sosial seringkali dapat membantu individu dan keluarga mereka meningkatkan kualitas hidup mereka, seperti dengan memiliki akses ke fasilitas dan layanan yang lebih baik.

Peningkatan Kemampuan Adaptasi

Mobilitas sosial membantu individu mengatasi perubahan dan situasi baru, meningkatkan kemampuan adaptasi dan fleksibilitas mereka.

Peningkatan Integrasi Sosial

Mobilitas sosial dapat membantu individu dan keluarga mereka menjadi bagian dari masyarakat baru, memperkuat hubungan sosial dan interaksi sosial.

Peningkatan Mobilitas Geografis

Mobilitas sosial memungkinkan individu untuk menjelajahi dunia dan mengejar kesempatan baru, memperluas wawasan dan pengalaman mereka.

Peningkatan Diversifikasi Budaya

Mobilitas sosial dapat memperkaya budaya dan memperkenalkan budaya baru, memperkuat integrasi budaya dan pemahaman antar budaya.

Dampak Negatif:


Sebagai lawan dari dampak positif, mobilitas sosial juga memiliki beberapa dampak negatif bagi individu dan masyarakat. Berikut adalah beberapa di antaranya, yaitu:

Kesenjangan Sosial

Mobilitas sosial dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu atau kelompok yang memiliki akses dan kesempatan untuk berpindah dan yang tidak memiliki akses dan kesempatan tersebut.

Kerugian Budaya

Mobilitas sosial dapat mempengaruhi dan memudarkan budaya asli dan tradisional suatu wilayah, mengurangi keanekaragaman budaya.

Stress dan Tekanan Emosional

Mobilitas sosial dapat menimbulkan stress dan tekanan emosional bagi individu dan keluarga yang harus mengatasi situasi baru dan perubahan lingkungan.

Kerugian Sosial

Mobilitas sosial dapat memisahkan individu dan keluarga dari lingkungan dan hubungan sosial yang dikenal mereka, membuat mereka merasa kesepian dan terasing.

Biaya Tinggi

Mobilitas sosial dapat menimbulkan biaya tinggi bagi individu dan keluarga, seperti biaya pindah, biaya penyewaan rumah baru, dan biaya adaptasi lingkungan baru.

Kesulitan Pendidikan

Mobilitas sosial dapat menimbulkan kesulitan bagi anak-anak yang harus beradaptasi dengan sekolah dan lingkungan baru, mempengaruhi hasil belajar dan pendidikan mereka.

Kerugian Lingkungan

Mobilitas sosial dapat memperburuk masalah lingkungan, seperti pencemaran, kerusakan hutan, dan erosi tanah, mengurangi kualitas hidup bagi masyarakat setempat.


Hubungan antara mobilitas social dengan Struktur social

Mobilitas sosial dan struktur sosial berhubungan satu sama lain dalam banyak cara. Struktur sosial mengacu pada bagaimana individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat terorganisasi dan memiliki posisi sosial yang berbeda. Mobilitas sosial, pada gilirannya, mengacu pada kemampuan individu atau kelompok untuk berpindah posisi sosial mereka dalam struktur sosial tersebut.

Struktur sosial mempengaruhi mobilitas sosial dengan menentukan batasan dan peluang bagi individu atau kelompok untuk berpindah posisi sosial mereka. Misalnya, sistem kasta yang kaku dapat membatasi mobilitas sosial karena individu terikat pada posisi sosial yang sudah ditentukan oleh keturunan mereka. Di sisi lain, masyarakat yang lebih demokratis dan merdeka mungkin memberikan peluang yang lebih besar bagi individu untuk berpindah posisi sosial mereka melalui pendidikan, kerja keras, dan keberuntungan.

Di samping itu, mobilitas sosial juga dapat mempengaruhi struktur sosial dengan mempromosikan  perubahan dan perbedaan dalam posisi sosial individu dan kelompok. Mobilitas sosial yang tinggi dapat mempercepat proses perubahan struktur sosial dan memperkenalkan perbedaan dalam status dan posisi sosial.

Secara keseluruhan, hubungan antara mobilitas sosial dan struktur sosial adalah saling mempengaruhi. Struktur sosial membatasi atau memberikan peluang bagi mobilitas sosial, sementara mobilitas sosial mempengaruhi dan memperkenalkan perubahan dalam struktur sosial.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url