Ebu Gogo - Kisah Hobbit Homo Floresiensis dari Flores

tempatguru.com. Apakah Anda penyuka film Hobbit? Hobit adalah kisah  tentang orang-orang berukuran pendek yang "hadir" dalam film legendaris The Lord of The Ring. Dalam film itu, hobit adalah kisah imajinasi J.R.R. Tolkien. Tetapi di Flores, Hobbit itu benar-benar pernah ada loh. Mau tau buktinya? Di sini TempatGuru mengangkat kebenaran itu: Ebu Gogo - Kisah Hobit Homo Floresiensis dari Flores. 


ebu gogo kisah hobit homo floresiensis dari liang bua flores
Flores bukan hanya rumah bagi komodo dragon tapi juga rumah hobbit, manusia purba kerdil, Homo Floresiensis

Homo Floresiensis Manusia Purba Flores 

Kebanyakan orang Flores tentu pernah mendengar cerita tentang sosok aneh yang memiliki tinggi kurang dari 1 meter dengan kepala sebesar buah jeruk (lemon besar berkulit tebal) dan berbulu lebat disekujur tubuhnya. 

Bagi anak-anak Flores, paling tidak hingga 50 tahun yang lalu, kisah tentang sosok aneh itu bukan sekadar dongeng belaka. Mereka benar-benar percaya bahwa sosok itu ada, bukan pertama-tama pernah melihat atau berinterakksi langsung tetapi karena dikisahkan secara sungguh-sungguh dan imajinatif sehingga anak-anak Flores bisa mendeskkripsikan sosok itu di kepala mereka secara hidup.

Bahkan dikisahkan bahwa sosok aneh itu masih bisa ditemukan pada saat kedatangan kapal-kapal Portugis. Di beberapa tempat bahkan ketakutan yang dibangun dari kisah itu membuat anak-anak begitu percaya seolah-olah makhluk itu tetap ada dan berbagi wilayah dengan manusia modern.

Ada banyak sebutan untuk makhluk itu. Orang Manggarai menyebutnya Ebu Gogo dan orang Ngada menyebutnya Ybu Ngiu. Namun semua orang Flores dapat mengenali makhluk itu dari cara berjalannya yang kikuk dengan telinga yang menjulur dan komunikasi antara mereka pun terbilang aneh. Orang Flores juga mengatakan bahwa Ebu Gogo dapat mengulang perkataannya berkali-kali tanpa maksud yang jelas, sepertinya hanya mereka yang dapat mengerti arti pengulangan kata yang berkali-kali tersebut.

Ebu Gogo adalah sekelompok makhluk mirip manusia yang muncul dalam dongeng dan ceritera rakyat   orang-orang Flores. Dalam bahasa Manggarai, Ebu berarti nenek, dan Gogo berarti dia yang memakan segalanya. Orang Ngada menyebut makhluk itu Ybu Ngiu. Makhluk ini sangat kuat dan mengincar anak kecil untuk dibawa ke gua tempat tinggalnya dengan maksud agar anak itu dipaksa mengajarkan mereka bahasa manusia. Mereka tidak bisa berbahasa dan hanya mengeluarkan suara ngiu ... ngiu sehingga disebut Ybu ngiu.


Ebu Gogo pun dikenal sebagai sosok yang sering mencuri makanan penduduk dengan sembunyi-sembunyi. Ebu Gogo sering masuk kedalam rumah untuk mencari makanan, bahkan sering didapati menculik anak-anak.

Ebu Gogo dan Homo Floresiensis

Beberapa ilmuwan percaya bahwa cerita rakyat Ebu Gogo mungkin ada hubungannya dengan Homo Floresiensis walaupun belum ada bukti kuat yang mendukung teori ini.

Namun, menurut legenda, Ebu Gogo menghilang sekitar 400 tahun yang lalu ketika para penjajah dari Belanda dan Portugis datang.

Richard Roberts, salah satu tokoh yang mempresentasikan Homo Floresiensis secara luas, mengatakan bahwa  cerita rakyat tentang Ebu Gogo itu kemungkinan nyata. Dia bercerita, "Ketika aku kembali ke Flores awal bulan ini, kami mendengar kisah-kisah paling menakjubkan dari sosok kecil, berbulu, yang mereka sebut Ebu Gogo. Kisah yang mengandung rincian yang paling menakjubkan. Sedemikian rinci sehingga Anda harus yakin mestinya ada sebutir kebenaran di dalamnya."


Ebu Gogo yang diyakini telah punah diburu oleh penduduk manusia Flores. Mereka percaya bahwa pemusnahan, yang memuncak sekitar tujuh generasi yang lalu. Hal itu  dilakukan karena Ebu Gogo adalah pengganggu, suka mencuri makanan dari tempat tinggal manusia dan menculik anak-anak mereka.


Dalam sebubah artikel di New Scientist (Vol. 186, No 2504) ia menceritakan bahwa pada abad ke-18, warga desa mengelabui  Ebu Gogo untuk menerima hadiah dari serat kelapa yang bisa digunakan Ebu Gogo sebagai  bahan pakaian. Ketika Ebu Gogo mengambil serat tersebut di dalam goa yang telah dibuatkan perangkap, masyarakat desa melemparkan api dan membakarnya hidup-hidup. Satu pasangan dibiarkan hidup dan melarikan diri ke hutan terdalam dan hingga sekarang diyakini keturunan mereka masih hidup dipedalaman hutan Flores.


Richard Roberts menulis, "Rincian anatomi dalam legenda ini sama menariknya. Mereka digambarkan memiliki ukuran sekitar satu meter, dengan rambut panjang, perut buncit, telinga yang sedikit menonjol, gaya berjalan sedikit canggung, dan lengan ditumbuhi rambut."


Selain tulang belulang Homo Floresiensis, ditemukan juga tulang belulang gajah raksasa. Penemuan ini menjawab adanya mahar berupa Gading Gajah di Flores bagian timur,

Ebu Gogo, bergumam satu sama lain, dan bisa mengulangi kata-kata yang diucapkan oleh penduduk desa. Misalnya, bila masyarakat mengucapkan, "Ini makanan untuk kamu." Mereka akan mengulang kalimat tersebut, "Ini makanan untuk kamu."

Roberts juga mengatakan bahwa Ebo Gogo bisa memanjat pohon. Lanjutnya, "Mereka tidak pernah terlihat memegang alat batu atau sesuatu yang seperti itu. Sedangkan kita memiliki banyak artefak canggih di tingkat Homo Floresiensis di Liang Bua." Berdasarkan itu, ia mengatakan bahwa masih agak lemah untuk menghubungkan kisa Ebu Gogo dengan keberadaan Homo Floresiensis dengan properti mereka seperti yang ditemukan dalam penggalian di Liang Bua.


Penyebab Kepunahan Homo Floresiensis

Para ahli memperkirakan bahwa Homo Floresiensis punah karena bencana alam. "Sebuah letusan gunung di Liang Bua, di bagian barat Flores, mungkin telah membinasakan para hobbit sekitar 12.000 tahun yang lalu. Tetapi juga ada kemungkinan, manusia purba Flores itu  mampu bertahan dan bermukim di bagian lain di Flores. Penduduk setempat di sekitar Liang Bua mengatakan bahwa hobbit terakhir terlihat sebelum kampung mereka berpindah lokasi, jauh dari gunung berapi, tidak lama sebelum penjajah Belanda menetap di bagian tengah Flores, pada abad ke-19.

Lalu, apakah Ebu Gogo masih ada? Pencarian di gua-gua masih akan terus dilanjutkan, karena sisa-sisa rambut yang hanya beberapa ratus tahun, pasti akan bertahan, tersangkut di dinding gua atau di beberapa tempat lainnya. Hal  ini akan memudahkan dalam analisis DNA. Menariknya, menurut Roberts, mereka  menemukan gumpalan kotoran dengan rambut hitam di dalamnya, namun mereka belum tahu apakah ituberasal dari manusia atau sesuatu yang lain.


Liang Bua - Rumah Homo Floresiensis

Liang Bua, artinya gua dingin merupakan sebuah gua alam, tempat ditemukannya fosil Homo Floresiensis. Liang Bua terletak tidak jauh dari Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores - Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Homo Floresiensis adalah manusia purba yang fosilnya ditemukan di Manggarai dan di Ngada. Ukuran tubuhnya pendek sehingga mendapat julukan "Hobbit", sebuah nama yang pertama kali dipromosikan lewat trilogi The Lord of the Rings karangan John Ronald Reuel Tolkien. Hobbit kian mendunia saat epik tersebut diangkat ke layar lebar oleh sutradara kondang Peter Jackson pada 2001-2003.

Dikisahkan, para Hobbit adalah manusia kate setinggi rata-rata tiga kaki atau sekitar 1 meter. Mereka hidup berdampingan di Bumi Tengah (Middle Earth) bersama kaum Elf (peri), Dwarf (kurcaci), Wizards (penyihir), dan manusia. Selain pendek, para Hobbit punya telapak kaki lebar, rambut keriwil-keriwil, plus ujung telinga runcing.

Para Hobbit, makhluk yang selalu riang itu, mendiami kawasan The Shire. Itu adalah tempat indah dengan rumah-rumah pendek dengan warna hijau rumput.

Liang Bua bukan The Shire. Liang Bua nyata ada. Dia adalah sebuah gua kapur di Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai. Tempat itu berada sekitar 14 kilometer di utara Ruteng, ibu kota Manggarai. Gua kapur tersebut begitu besar. Panjangnya sekitar 50 meter. Lebarnya 40 meter. Langit-langit tertingginya 25 meter. Plafon gua itu berhias stalaktit yang berjuntai-juntai.

Liang Bua inilah  yang dipercaya sebagai tempat tinggal Hobbit Flores, julukan Homo Floresiensis, lebih dari 10 ribu tahun lalu.




Sumber:
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url