Kekerasan dalam Perspektif Sosiologi: Konsep, Jenis, dan Dampaknya pada Masyarakat

I. Pendahuluan

kekerasan dalam rumah tangga/kdrt bukan saja termasuk kekerasan fisik tetapi juga kekerasan psikis. Kekerasan itu berdampak buruk pada hubungan suami isteri dan juga pada korban kekerasan
Kekerasan pada pasangan bukan saja melukai  fisik tetapi juga psikis. Korban atau orang terdekat harus melaporkan kepada pihak yang berwajib untuk menghentikan rantai kekerasan itu


Kekerasan adalah satu fenomena sosial yang sering terjadi. Kekerasan adalah sebuah tema yang luas dan memiliki pengaruh pada masyarakat. Untuk menambah perspekktif Anda tentang tema ini, Quguru membahasnya dalam judul  Kekerasan dalam Perspektif Sosiologi: Konsep, Jenis, dan Dampaknya pada Masyarakat

Ada hubungan yang erat antara kekerasan dan konflik. Kekerasan merupakan bentuk lanjutan dari konflik. Karena konflik bisa berubah menjadi kekerasan bila pihak-pihak yang berkonflik mulai mengabaikan nilai dan norma, serta mulai muncul perasaan benci pada lawan yang diikuti dengan kata-kata kasar ataupun tindakan yang menyakitkan.


Mempelajari kekerasan sebagai bentuk lanjutan dari konflik sosial dalam pelajaran sosiologi di SMA mempunyai beberapa tujuan, di antaranya:


  1. Memahami dampak kekerasan dalam masyarakat: Dalam kehidupan sehari-hari, kekerasan sering terjadi dan bisa membawa dampak negatif bagi individu dan masyarakat. Oleh karena itu, memahami dampak kekerasan dalam masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat membantu siswa untuk menghindari tindakan kekerasan dan menjadi warga masyarakat yang lebih baik.
  2. Meningkatkan kesadaran sosial: Dengan mempelajari kekerasan dan konflik sosial, siswa dapat mengembangkan kesadaran sosial yang lebih tinggi tentang masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan mampu mengambil tindakan yang tepat untuk meminimalkan dampak negatif dari kekerasan dan konflik sosial.
  3. Memperkuat pemahaman tentang nilai-nilai sosial: Pemahaman tentang nilai-nilai sosial, seperti keadilan, kesetaraan, dan kerjasama, dapat diperkuat melalui pelajaran tentang kekerasan dan konflik sosial. Diharapkan nilai-nilai tersebut dapat membantu mencegah dan mengatasi kekerasan dan konflik sosial dalam masyarakat.
  4. Meningkatkan keterampilan analisis sosial: Dalam mempelajari kekerasan dan konflik sosial, siswa perlu menerapkan keterampilan analisis sosial untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi dan dampak dari kekerasan dan konflik sosial. Keterampilan analisis sosial ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis dalam memahami masalah-masalah sosial di sekitar mereka.Secara umum, mempelajari kekerasan dan konflik sosial memiliki banyak manfaat bagi siswa, baik dalam pengembangan karakter, kesadaran sosial, maupun keterampilan analisis sosial. Diharapkan materi kekerasan ini mampu membantu siswa menjadi warga masyarakat yang lebih baik dan bertanggung jawab.

II. Konsep-Konsep Kekerasan


a. Pengertian/Definisi Kekerasan

Kata "kekerasan" atau violence berasal dari bahasa Latin, yaitu "vis" yang berarti "kekuatan". Jadi secara etimologis, kekerasan diartikan sebagai penggunaan kekuatan untuk melakukan tindakan yang merugikan atau menyakiti orang lain secara fisik, emosional, atau psikologis. 


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekerasan adalah perbuatan individu atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik dan barang orang lain.

Sedangkan secara sosiologis, kekerasan diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam masyarakat yang memiliki tujuan untuk memaksa, mempengaruhi, atau merugikan orang lain dengan menggunakan kekuatan atau ancaman kekerasan. Kekerasan dapat berupa tindakan fisik, verbal, atau psikologis dan biasanya terjadi dalam konteks konflik sosial atau interaksi antara individu atau kelompok dengan kepentingan yang berbeda.


Dalam sosiologi, kekerasan sering dikaitkan dengan ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan konflik sosial. Kekerasan juga dipandang sebagai fenomena sosial yang kompleks dan memiliki dampak yang luas bagi masyarakat.


Tema kekerasan juga menarik beberapa ilmuwan dan mereka juga memberikan definisi atas kekerasan itu. Menurut Johan Galtung, kekerasan adalah bentuk interaksi, yaitu suatu tindakan merugikan yang dilakukan oleh satu pihak (atau lebih) terhadap pihak lainnya dan memaksa pihak lain untuk berbuat sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan.


Anthony Giddens mendefinisikan kekerasan sebagai tindakan yang memiliki tujuan untuk melukai atau membunuh orang lain, baik secara fisik maupun secara psikologis.


Menurut Michel Foucault, kekerasan adalah suatu bentuk penindasan atau pengendalian yang dilakukan oleh penguasa dalam masyarakat terhadap individu dan kelompok dengan cara memaksa, mengintimidasi, atau menggunakan kekerasan fisik.


Pierre Bourdieu menyatakan bahwa kekerasan adalah suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk menjaga atau mempertahankan hierarki sosial yang ada dalam masyarakat.


Sedangkan Menurut Max Weber, kekerasan adalah suatu bentuk dominasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan untuk memaksa orang lain mengikuti kehendak mereka dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan.


Secara umum, kekerasan dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk melukai atau merugikan orang lain secara fisik, psikologis, atau emosional. Kekerasan juga bisa terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta terjadi dalam berbagai konteks sosial dan budaya.




b. Faktor Pemicu Terjadinya Kekerasan


Kekerasan tidak terjadi begitu saja. Menurut para ahli, kekerasan biasanya dipicu oleh faktor-faktor tertentu. Orang atau kelompok tidak begitu saja melakukan kekerasan. Biasanya kekerasan terjadi karena motif atau alasan tertentu.


Berikut ini adalah beberapa faktor yang memicu terjadinya kekerasan:

kekerasan seringkali dipicu oleh masalah kemiskinan, pengangguran dan ketidakadilan. Apakah memenjarakan pelaku kekerasan mampu meniadakan kekerasan
Menangkap pelaku kekerasan apakah mampu menghentikan kekerasan itu sendiri? Dijamin setelah kelua penjara, pelaku akan mengulangi tindak kekerasan yang sama


  1. Faktor ekonomi: Ketidakadilan ekonomi, kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial-ekonomi dapat memicu kekerasan. Kekerasan karena faktor ini biasa dipicu oleh pihak-pihak yang menjadi korban. 
  2. Faktor sosial: Ketidaksetaraan sosial, ketidakadilan, diskriminasi rasial, agama, atau gender, dan masalah sosial seperti pengangguran, penyalahgunaan narkoba, atau gangguan mental dapat memicu kekerasan.
  3. Faktor politik: Konflik politik, ketidakpuasan terhadap pemerintah, dan perbedaan politik yang tinggi dapat memicu kekerasan, termasuk terorisme, pemberontakan, dan perang.
  4. Faktor budaya: Ketidaksepahaman budaya, intoleransi, dan kekerasan budaya seperti pernikahan paksa, mutilasi genital perempuan ( sunat perempuan ), dan penghinaan terhadap agama atau keyakinan tertentu dapat memicu kekerasan.
  5. Faktor lingkungan: Lingkungan yang tidak sehat dan tidak aman seperti tempat tinggal yang kumuh dan terpencil, kurangnya akses terhadap infrastruktur dasar seperti air bersih dan sanitasi, serta bencana alam dapat memicu kekerasan.
  6. Faktor personal: Konflik pribadi, masalah emosional, dan ketidakstabilan mental juga dapat memicu individu untuk melakukan tindak kekerasan tertentu.
  7. Faktor teknologi: Perkembangan teknologi dan akses yang mudah terhadap senjata dan informasi yang berbahaya dapat memicu kekerasan.


c. Jenis-jenis Kekerasan



Kekerasan tidak hanya terbatas pada pemukulan, pengekangan atau penghilangan nyawa secara fisik. Kekerasan itu itu bersifat menyeluruh dan menyangkut segala dimensi kehidupan manusia.

kekerasan yang diluapkan karena pemimpin yang korup dan diktator adalah contoh kekerasan struktural
Kekerasan sebagai bentuk protes terhadap pemimpin yang terlibat korupsi adalah salah satu bentuk kekerasan struktural


Di bawah ini adalah jenis-jenis kekerasan:
  1. Kekerasan fisik, yaitu bentuk kekerasan yang melibatkan tindakan fisik yang merugikan atau menyakiti orang lain. Contoh dari kekerasan fisik adalah pemukulan, penusukan, pemerkosaan, dan pembunuhan.
  2. Kekerasan verbal adalah bentuk kekerasan yang melibatkan tindakan verbal yang merugikan atau menyakiti orang lain. Contoh dari kekerasan verbal adalah pelecehan verbal, ancaman, penghinaan, dan intimidasi.
  3. Kekerasan psikologis, yaitu bentuk kekerasan yang melibatkan tindakan yang merugikan atau menyakiti orang lain secara emosional atau psikologis. Contoh dari kekerasan psikologis adalah pengabaian, pengucilan, pelecehan psikologis, dan manipulasi.
  4. Kekerasan struktural menyangkut bentuk-bentuk kekerasan yang melibatkan sistem atau struktur sosial yang memaksa atau menindas individu atau kelompok tertentu. Contoh dari kekerasan struktural adalah ketidaksetaraan sosial, ketidakadilan ekonomi, dan diskriminasi rasial.
  5. Kekerasan politik, yaitu bentuk kekerasan yang melibatkan tindakan politik yang merugikan atau menyakiti orang lain, seperti kampanya hitam, terorisme, perang, dan pemberontakan.
  6. Kekerasan seksual, adalah bentuk kekerasan yang melibatkan tindakan seksual yang tidak diinginkan atau dilakukan dengan paksaan. Contoh dari kekerasan seksual adalah pelecehan seksual, pemerkosaan, dan perdagangan manusia.
  7. Kekerasan budaya, yaitu bentuk kekerasan yang terkait dengan nilai-nilai budaya atau agama tertentu, yang memaksa individu atau kelompok untuk mengikuti aturan atau norma tertentu. Contoh dari kekerasan budaya adalah pernikahan paksa, dan penghinaan terhadap agama atau keyakinan tertentu.


III. Dampak Kekerasan Pada Masyarakat


Kekerasan memiliki dampak yang sangat besar terhadap korban kekerasan secara khusus dan masyarakat luas pada umumnya.


Di bawah ini adalah dampak-dampak atau akibat-akibat kekerasan, yang meliputi dampak sosial, ekonomi dan psikologis.


a. Dampak Sosial


Dalam jangka pendek, kekerasan dapat memengaruhi hubungan sosial antarindividu dan kelompok dalam masyarakat dengan beberapa cara:


  1. Menciptakan ketidakamanan dan rasa takut: Kekerasan dapat menciptakan rasa takut dan ketidakamanan dalam masyarakat, yang dapat memengaruhi hubungan sosial antarindividu dan kelompok. Hal ini dapat menghasilkan kecurigaan, ketidakpercayaan, dan pengasingan antarindividu dan kelompok.
  2. Meningkatkan konflik: Kekerasan dapat meningkatkan konflik antarindividu dan kelompok dalam masyarakat. Kekerasan seringkali menimbulkan perasaan balas dendam dan keinginan untuk membalas, yang dapat memperburuk hubungan sosial antarindividu dan kelompok.
  3. Merusak kepercayaan: Kekerasan dapat merusak kepercayaan antarindividu dan kelompok dalam masyarakat. Kekerasan dapat membuat orang kehilangan kepercayaan pada orang lain dan pada masyarakat secara keseluruhan.
  4. Meningkatkan polarisasi: Kekerasan dapat meningkatkan polarisasi antarindividu dan kelompok dalam masyarakat. Hal ini dapat menghasilkan peningkatan antipati dan permusuhan antara kelompok yang berbeda, serta menyebabkan masyarakat terpecah belah.
  5. Membatasi partisipasi sosial: Kekerasan dapat membatasi partisipasi individu dan kelompok dalam masyarakat. Kekerasan dapat menyebabkan individu dan kelompok merasa tidak aman untuk terlibat dalam kegiatan sosial atau politik, yang dapat menghambat partisipasi dan menyebabkan terjadinya ketidakadilan sosial.

Dalam jangka panjang, kekerasan dapat merusak hubungan sosial antarindividu dan kelompok dalam masyarakat, dan dapat menghasilkan konflik dan polarisasi yang lebih besar.


b. Dampak Ekonomi


Kekerasan dapat memiliki dampak yang signifikan pada kondisi ekonomi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.


Beberapa dampak dari kekerasan terhadap ekonomi masyarakat meliputi:

  1. Kerugian ekonomi langsung: Kekerasan dapat menyebabkan kerusakan fisik pada infrastruktur dan properti publik maupun pribadi, serta kerugian material akibat kehilangan harta benda dan sumber daya ekonomi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mempengaruhi daya beli masyarakat.
  2. Menurunnya investasi: Kekerasan dapat membuat investor kehilangan kepercayaan pada suatu wilayah atau negara, dan menghambat investasi baru. Hal ini dapat menurunkan jumlah lapangan kerja dan menghambat pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
  3. Menurunnya produktivitas: Kekerasan dapat mengganggu aktivitas ekonomi seperti transportasi, perdagangan, dan produksi, yang dapat menurunkan produktivitas dan pendapatan individu dan kelompok.
  4. Meningkatnya biaya keamanan: Kekerasan dapat memaksa masyarakat untuk meningkatkan pengeluaran untuk keamanan pribadi atau perusahaan, seperti mempekerjakan penjaga keamanan atau memasang kamera pengawas. Hal ini dapat mengurangi dana yang tersedia untuk pengeluaran produktif dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
  5. Menurunnya pariwisata: Kekerasan dapat menurunkan jumlah wisatawan dan merusak industri pariwisata. Hal ini dapat mengurangi penghasilan dari sektor pariwisata dan menghambat pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
  6. Menurunnya kesejahteraan sosial: Kekerasan dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik, yang dapat mempengaruhi kondisi kesejahteraan sosial dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan ekonomi.

Dari paparan di atas, terlihat jelas bahwa kekerasan mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat secara signifikan. Kenyataan ini mestinya menyadarkan semua elemen masyarakat untuk mencegah atau menangani kekerasan secara serius. Upaya pencegahan dan penanganan kekerasan sangatlah penting dalam memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan sosial di dalam masyarakat yang bersangkutan.


c. Dampak Psikologis


Kekerasan dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan mental individu yang menjadi korban. Beberapa dampak tersebut antara lain:


  1. Gangguan kecemasan: Korban kekerasan seringkali mengalami rasa takut, kekhawatiran, dan kecemasan yang terus-menerus. Mereka bisa menjadi sangat waspada dan khawatir akan terjadi kekerasan lagi, bahkan dalam situasi yang aman dan terkendali.
  2. Gangguan depresi: Korban kekerasan dapat merasa sedih, kehilangan minat, dan merasa tidak berdaya. Mereka dapat merasa seperti tidak ada harapan dan sulit untuk menikmati kegiatan yang biasanya mereka sukai.
  3. Gangguan stres pascatrauma ( atau Posttraumatic Stress Disorder - PTSD): Korban kekerasan dapat mengalami PTSD, yaitu kondisi psikologis yang disebabkan oleh pengalaman yang sangat traumatis. Gejala PTSD meliputi mimpi buruk, flashbacks, perasaan mudah terkejut, kesulitan tidur, dan emosi yang terus-menerus terganggu.
  4. Gangguan kepribadian: Beberapa korban kekerasan mengalami perubahan dalam pola perilaku dan kepribadian. Mereka mungkin menjadi lebih sensitif, mudah marah, dan sulit mempercayai orang lain.
  5. Gangguan makan dan tidur: Korban kekerasan mungkin mengalami gangguan makan dan tidur, seperti hilangnya nafsu makan atau keinginan untuk makan berlebihan, serta kesulitan tidur atau insomnia.
  6. Ketergantungan obat dan alkohol: Beberapa korban kekerasan mengalami ketergantungan obat atau alkohol sebagai cara untuk mengatasi trauma dan kecemasan yang mereka alami.

Dampak-dampak tersebut dapat berlangsung dalam jangka panjang dan dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari korban kekerasan. Oleh karena itu, sangat penting bagi korban kekerasan untuk mendapatkan dukungan dan pengobatan yang tepat agar dapat pulih dari trauma dan memulai kehidupan yang sehat dan bahagia.
.


IV. Penanganan Kekerasan


Karena memiliki dampak yang besar terhadap individu dan masyarakat, kekerasan di dalam masyarakat harus ditangani secara baik.


a. Pencegahan Kekerasan

Ada banyak alternatif upaya atau cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan:

  1. Pendidikan dan sosialisasi: Pendidikan dan sosialisasi dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang dampak buruk kekerasan serta cara menghindari terjadinya kekerasan. Pendidikan dan sosialisasi dapat dilakukan melalui media massa, program-program sekolah, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
  2. Pembangunan ekonomi: Pembangunan ekonomi dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan sosial yang dapat menjadi pemicu terjadinya kekerasan. Program-program pembangunan ekonomi dapat berupa program pemberdayaan masyarakat, pelatihan kerja, dan penciptaan lapangan kerja.
  3. Penegakan hukum yang adil dan efektif: Penegakan hukum yang adil dan efektif dapat membantu mengurangi tingkat kekerasan di dalam masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efektivitas sistem peradilan dan memperkuat lembaga penegak hukum.
  4. Meningkatkan akses terhadap pelayanan sosial dan kesehatan: Meningkatkan akses terhadap pelayanan sosial dan kesehatan seperti layanan konseling, pengobatan, dan perawatan dapat membantu mengurangi tingkat kekerasan, terutama pada korban kekerasan.
  5. Menyediakan tempat-tempat perlindungan dan layanan korban kekerasan: Tempat perlindungan seperti safe house dan shelter dapat menjadi tempat aman bagi korban kekerasan. Selain itu, layanan konseling dan rehabilitasi juga dapat membantu korban kekerasan dalam mengatasi trauma dan memulihkan diri.
  6. Meningkatkan partisipasi masyarakat: Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi dan mencegah kekerasan dapat membantu mengurangi tingkat kekerasan. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat.

b. Penanganan Kekerasan


Kekerasan yang sudah terjadi tidak bisa didiamkan. Karena mendiamkan kekerasan akan melanggengkan kekerasan yang besangkutan dan korban kekerasan tidak mendapatkan penanganan yang benar.

Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menangani kasus kekerasan:

  1. Melaporkan pada pihak berwajib: Jika seseorang mengalami kekerasan, penting untuk segera melaporkannya pada pihak berwajib seperti kepolisian atau lembaga yang berwenang untuk menangani kasus kekerasan. Hal ini akan membantu untuk menghentikan kekerasan dan memberikan perlindungan bagi korban.
  2. Memberikan dukungan terhadap korban. Korban kekerasan harus didukung bukan saja oleh keluarga atau komunitas terdekat tetapi juga oleh lembaga-lembaga resmi, terutama instansi pemerintah yang terkait. Dukungan tersebut dapat membantu korban mengatasi trauma dan memberikan motivasi serta keyakinan untuk melawan kekerasan.
  3. Menjalani proses penyembuhan: Korban kekerasan juga dapat menjalani proses penyembuhan secara psikologis atau medis. Hal ini penting untuk membantu korban mengatasi trauma dan dampak kekerasan yang dialami.
  4. Pembentukan lembaga penanggulangan kekerasan: Pemerintah dan masyarakat harus membentuk lembaga khusus yang bertugas menangani kasus kekerasan. Lembaga ini dapat memberikan bantuan dan dukungan bagi korban serta menindak pelaku kekerasan.
  5. Sanksi dan hukuman: Pelaku kekerasan juga harus dikenai sanksi dan hukuman yang setimpal dengan tindakan kekerasan yang dilakukan. Hal ini akan memberikan efek jera bagi pelaku kekerasan dan mencegah terjadinya kekerasan di masa mendatang.
Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait untuk mencegah terjadinya kekerasan dan menangani kekerasan yang telah terjadi.


V. Kesimpulan


Kekerasan adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam masyarakat yang memiliki tujuan untuk memaksa, mempengaruhi, atau merugikan orang lain dengan menggunakan kekuatan atau ancaman kekerasan. Kekerasan dapat berupa tindakan fisik, verbal, atau psikologis dan biasanya terjadi dalam konteks konflik sosial atau interaksi antara individu atau kelompok dengan kepentingan yang berbeda.


Secara umum, kekerasan dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk melukai atau merugikan orang lain secara fisik, psikologis, atau emosional. Kekerasan juga bisa terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta terjadi dalam berbagai konteks sosial dan budaya.


Kekerasan tidak hanya terbatas pada pemukulan, pengekangan atau penghilangan nyawa secara fisik. Kekerasan itu itu bersifat menyeluruh dan menyangkut segala dimensi kehidupan manusia.


Kekerasan memiliki banyak dimenasi, mencakup Kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikologis, kekerasan struktural, kekerasan politik, kekerasan seksual, kekerasan budaya dan masih banyak lagi.


Kekerasan memiliki dampak negatif bagi individu dan masyarakat secara umum, yang meliputi dampak sosial, dampak ekonomi dan dan psikologis.

Karena berdampak buruk, kekerasan harus ditangani secara baik lewat upaya pencegahan agar tidak terjadi kekerasan dan Penanganan bila kekerasan itu sudah terjadi. Pencegahan dan penanganan kekerasan itu harus melibatkan semua pihak, baik swasta maupun pemerintah.

Semua itu adalah demi terciptanya kondisi masyarakat yang aman, nyaman dan menyenangkan.

Dari paparan di atas, terlihat jelas bahwa setiap elemen masyarakat harus memerangi kekerasan untuk menciptakan masyarakat yang adil, aman, dan damai.

Lewat tulisan ini kamu berharap lebih memahami konsep dan dampak kekerasan bagi individu dan masyarakat. Diharapkan semua pembaca memberikan kontribusi nyata dalam mencegah terjadinya kekerasan dan turut menangani kekerasan bila terjadi dalam masyarakatnya.



VI. Daftar Pustaka Kekerasan

  1. Galtung, J. (1969). Violence, peace, and peace research. Journal of peace research, 6(3), 167-191.
  2. Spierenburg, P. (2013). Violence and punishment throughout history. Routledge.
  3. World Health Organization. (2002). World report on violence and health. Geneva: WHO.
  4. Anderson, E. (1999). Code of the street: Decency, violence, and the moral life of the inner city. WW Norton & Company.
  5. United Nations. (2015). Transforming our world: The 2030 Agenda for Sustainable Development. New York: UN.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url