Asal-Usul Komodo Dragon, Buaya Darat di Flores dan Taman Nasional Komodo

Penemuan Komodo oleh Bangsa Barat

 Dunia luar baru mengenal buaya darat komodo sejak kompeni Belanda melakukan perjalanan ekspedisi tahun 1910. Itupun setelah mendapatkan informasi dari penduduk lokal Manggarai - Flores Barat tentang adanya buaya yang hidupnya di darat.

Dunia barat baru mengenal Komodo dragon sejak tahun 1910, ketika armada Kompeni melakukan perjalanan ekspedisi ke Pulau Komodo
Kadal Raksasa - Komodo Dragon menghuni Pulau Komodo dan sekitarnya sejak 900.000 tahun lalu semenjak kemunculannya 4 juta tahun yang lalu

Selanjutnya penemuan Belanda itu mendorong Douglas Burden yang bekerja untuk Museum Alam Amerika di NewYork bersama Tahun 1926 Douglas Burden, yang bekerja untuk Museum Alam Amerika di New York bersama E.R. Dunn, seorang ahli reptil melakukan penelitian di Pulau Komodo selama dua bulan.

Setelah kembali ke Amerika, Douglas Burden kemudian membukukan hasil penelitian itu dan dipublikasikannya tahun 1927. Hasil publikasi itu memberikan insight bagi keberhasilan film King Kong yang diproduksi tahun 1933.

Dalam film tersebut, King Kong, seekor gorila raksasa yang ditemukan di sebuah pulau terpencil, harus berhadapan dengan komodo dan dinosaurus lainnya. Kehadiran komodo dalam film tersebut diperkirakan terinspirasi oleh kepopuleran penemuan Komodo Dragon yang belum lama terjadi.

Karena sejak penemuannya tahun 1910 oleh kompeni Belanda, kadal purba Komodo itu terus menarik minat para ilmuwan dan pemburu, serta diabadikan dalam berbagai media, termasuk film, buku, dan dokumenter.


Asal-Usul Varanus Komodoensis

Secara alamiah, Komodo hanya ditemukan di pulau Komodo, Rinca dan Flores. Namun, menurut penelitian para ahli tahun 2009 disimpulkan bahwa Komodo bukanlah hewan asli gugusan pulau di bagian barat Flores itu.

Menurut para ahli, evolusi komodo sebetulnya dimulai dengan munculnya jenis Varanus di Asia sekitar 40 juta tahun yang lalu. Hewan itu lalu menyebar dan bermigrasi ke Australia sekitar 15 juta tahun silam ketika terjadi pertemuan lempeng Australia dan Asia Tenggara.


Komodo Dragon diyakini berevolusi dari nenek-moyangnya di Australia yang bermigrasi ke utara, yaitu ke pulau Timor, Flores dan sekitarnya sekitar 4 juta tahun silam.

Ketika berakhirnya zaman es, hewan-hewan itu “terpaku” pada habitatnya. Rupa-rupanya Flores dan pulau-pulau di sekitarnya, terutama di bagian barat, memberikan lingkungan yang mendukung sehingga hewan itu tetap bertahan hingga sekarang sementara saudara-saudari mereka di tempat lain telah berubah menjadi fosil.


fosil megalania, biawak atau kadal raksasa yang pernah hidup tapi tidak bertahan seperti saudaranya Komodo Dragon
Fosil Megalania.  Hewan yang pernah hidup 1,6 juta tahun - 50.000 tahun lalu  ini  termasuk dalam famili Varanidae atau biawak  seperti  saudara mereka Komodo Dragon yang masih eksis 


Penggalian yang dilakukan para palaeontolog dan arkeolog Australia, Malaysia, dan Indonesia membuktikan bahwa tulang Komodo sama dengan tiga fosil hewan yang ditemukan di Queensland.

Tentu saja hasil penggalian ini semakin memperkuat teori bahwa Australia merupakan tempat evolusi Varanus Komodoensis.

Fosil yang ditemukan di Queensland itu juga menunjukan bahwa Varanus Komodoensis di Flores berasal dari Australia yang hidup empat juta tahun yang lalu.


Para peneliti juga menemukan bahwa Komodo menyebar ke sejumlah wilayah dan sampai di Pulau Flores sekitar 900.000 tahun lalu dan bertahan hingga kini. Sementara itu, di tempat asalnya, yaitu di Australia, Komodo telah punah 50.000 tahun lalu bertepatan dengan tibanya manusia modern di Australia.

Saat ini, diperkirakan sekitar 4.000–5.000 ekor komodo masih hidup di alam liar. Hewan ini secara terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca, Gili Motang, Gili Dasami, Komodo dan Flores.

Meskipun demikian, ada keprihatinan mengenai populasi ini karena diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina saja yang produktif dan dapat memberikan keturunan yang baik.

Bertolak dari kekhawatiran inilah, maka tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komodo untuk melindungi populasi Komodo dan ekosistemnya yang meliputi beberapa pulau yaitu, Komodo, Rinca, dan Padar.


Mengapa Komodo Tidak Punah?

Ada banyak faktor anatomi, internal dan faktor geografis yang mendukung keberlangsungan hidup komodo dragon sehingga tidak punah dan tetap eksis selama jutaan tahun
Ada banyak alasan yang membuat Komodo Dragon tetap eksis selama jutaan tahun. Faktor lingkungan geografis, anatomi dan internal adalah kombinasi yang membuat Komodo Dragon tetap hidup hingga kini


Binatang Komodo yang sekarang semakin menarik banyak minat wisatawan ke Flores, secara umum memiliki panjang 3 meter dan berat maksimal kurang lebih 90 kg. Binatang ini termasuk spesies kadal terbesar dunia.

Komodo yang dipelihara di penangkaran atau di kebon binatang bisa memiliki tubuh yang gemuk dan berbobot berat. Namun di alam liar, secara umum komodo dewasa biasanya memiliki bobot tubuh seberat 70 kilogram.

Berat ini ideal bagi Komodo liar untuk bertahan hidup. Ditambah dengan kaki-kaki yang kuat dan kokoh serta perut yang relatif ramping tidak menyeret tanah. Komodo mampu berlari dengan kecepatan 20 km/jam. Ini sangat cukup bagi Komodo untuk menyergap mangsanya.


a. Kelebihan Komodo: Kombinasi Faktor Internal dan Eksternal

Keberadaan buaya darat Komodo di Pulau Komodo dan pulau-pulau sekitarnya sejak 900.000 tahun dan tetap bertahan, sementara para saudaranya di pulau-pulau lain sudah punah membuktikan bahwa Komodo Dragon di kawasan itu memiliki keberuntungan dibandingkan saudara-saudanya yang sekarang tinggal fosil.

Keberuntungan itu merupakan kombinasi antara faktor karakteristik biologis dan geografis yang memungkinkannya untuk bertahan hidup selama jutaan tahun di habitatnya yang terbatas di beberapa pulau kecil itu.

Berikut ini adalah beberapa alasan biologis, geografis, dan ilmiah mengapa Komodo dragon bisa bertahan selama jutaan tahun:

  1. Kemampuan adaptasi: Komodo dragon memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik dalam kondisi lingkungan yang keras dan berganti-ganti cuaca. Mereka mampu mengubah warna kulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, dan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan pola makan mereka dengan perubahan kondisi lingkungan.
  2. Ukuran tubuh yang besar: Ukuran tubuh yang besar membuat Komodo dragon menjadi salah satu predator teratas di lingkungannya. Dengan ukuran tubuh yang besar, mereka dapat memburu dan memakan hewan lain yang lebih kecil dan lebih lemah darinya, dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan wilayah kekuasaan mereka.
  3. Sistem pencernaan yang efisien: Sistem pencernaan Komodo dragon sangat efisien, yang memungkinkannya untuk mencerna bangkai dengan cepat dan memaksimalkan jumlah nutrisi yang dapat diambil dari makanan mereka. Hal ini membuat mereka mampu bertahan hidup dalam kondisi kelangkaan makanan dan menjadikan mereka sebagai predator yang efektif.
  4. Habitat yang terisolasi: Habitat Komodo dragon terisolasi di pulau-pulau kecil di Indonesia, yang memungkinkan mereka untuk tetap terlindungi dari persaingan dengan predator lain dan menjaga kelangsungan hidup spesies ini.
  5. Evolusi yang lambat: Secara ilmiah, Komodo dragon telah mengalami sedikit perubahan dalam struktur tubuh dan perilaku dari waktu ke waktu. Evolusi yang lambat memungkinkan spesies ini untuk mempertahankan karakteristiknya yang unik dan membuatnya tetap menjadi predator yang efektif di habitatnya.
  6. Perlindungan alami: Habitat Komodo dragon terdiri dari beberapa pulau kecil yang jarang dihuni manusia, yang membuatnya terlindungi secara alami dari ancaman perburuan liar dan kerusakan habitat.
Dengan kombinasi dari faktor-faktor biologis dan geografis ini, Komodo dragon telah bertahan hidup selama jutaan tahun dan menjadi simbol keajaiban alam Indonesia yang unik dan menakjubkan.

Dengan indera vomeronasal yang terdapat pada lidah, Komodo memiliki kemampuan navigasi dalam kegelapan. Lewat indera ini, Komodo bahkan mampu mendeteksi keberadaan bangkai pada jarak 4 – 9,5 kilometer.
Lidah Komodo yang bercabang memiliki fungsi khusus, mengimbangi kemampuan panca inderanya yang payah

b. Karakteristik Unik Komodo Dragon

cadangan air liur yang berlimpah dan bercampur dengan sedikit darah. Hal itu disebabkan karena gigi-giginya dilapisi jaringan gingiva yagng terus tercabik selama Komodo makan. Namun keadaan itu tidak pernah membuat mulut Komodo infaksi. Justru sebaliknya, campuran liur dan darah itu menciptakan kondisi yang sangat ideal bagi bertumbuhnya jenis bakteri yang mematikan dan menjadi senjata andalan Komodo.
Air liur bercampur darah adalah tempat bertumbuhnya bakteri yang mematikan jaringan daging yang membuat mangsa Komodo segera meregang nyawa

Ada faktor unik lain yang mendukung Komodo Dragon berumur panjang dan tetap bertahan hingga kini. Karakteristik unik itu adalah:
  1. Komodo memiliki penglihatan yang buruk. Namun kekurangan itu diimbangi oleh kelebihan yang lain. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Sama seperti kadal pada umumnya, lidah itu difungsikan sebagai pendeteksi utama keadaan sekitarnya.
  2. Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya. Ekor itu bisa digunakan sebagai penyangga tubuhnya untuk meraih mangsa di atas pohon. Bagi Komodo jantan, ekor itu sangat penting ketika berkompetisi dengan jantan yang lain untuk memperebutkan si betina pujaan hati.
  3. Selain itu, Komodo juga memiliki sekitar 60 buah gigi yang tajam sepanjang sekitar 2,5 cm. Gigi-gigi yang tajam itu mengalami pergantian secara periodik. sehingga kekuatan dan ketajamannya tetap terjaga dan terjamin.
  4. Komodo juga mempunyai cadangan air liur yang berlimpah dan bercampur dengan sedikit darah. Hal itu disebabkan karena gigi-giginya dilapisi jaringan gingiva yagng terus tercabik selama Komodo makan. Namun keadaan itu tidak pernah membuat mulut Komodo infaksi. Justru sebaliknya, campuran liur dan darah itu menciptakan kondisi yang sangat ideal bagi bertumbuhnya jenis bakteri yang mematikan dan menjadi senjata andalan Komodo. Bakteri itulah yang membuat mangsa Komodo mati karena infeksi secara perlahan setelah digigit Komodo.



Anatomi Tubuh Komodo: Kelemahan Sekaligus Kelebihan


Komodo tidak memiliki panca indera yang baik. Panca indera Komodo agak payah.

  1. Meskipun memiliki lobang telinga, Komodo tak memiliki indera pendengaran yang baik. Ia lebih responsif terhadap gerakan daripada suara. Selain itu, kadal raksasa ini juga hanya mampu melihat hingga jarak 300 meter saja. Dalam kegelapan malam, Komodo sama sekali buta. Itulah sebabnya, aktivitasnya lebih banyak dilakukan pada siang hari. Ketika malam, Komodo akan berdiam dalam kediamannya di lobang-lobang yang telah dibuatnya.
  2. Matanya memang mampu membedakan warna, terutama warna-warna cerah, tetapi kurang mampu membedakan objek yang tidak bergerak. Namun seperti reptil lainnya, Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi. Dengan indera vomeronasal yang terdapat pada lidah, Komodo memiliki kemampuan navigasi dalam kegelapan. Lewat indera ini, Komodo bahkan mampu mendeteksi keberadaan bangkai pada jarak 4 – 9,5 kilometer.
  3. Walaupun memiliki lobang hidung, namun bukan merupakan alat penciuman yang baik. Hal ini terjadi karena Komodo tidak memiliki sekat rongga badan. Rahasia kesuksesan Komodo juga terletak pada sisik-sisiknya. Sisik-sisik Komodo diperkuat dengan tulang bersensor yang terhubung ke saraf-sarafnya. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih. Sensor inilah yang berfungsi sebagai indera perasa bagi Komodo dalam merespon keadaan di sekitarnya.

Jadi, walaupun panca indera Komodo payah bila dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya, namun tetap survive hingga hari ini. Semuanya itu terjadi karena keunggulan-keunggulan yang melekat pada spesies ini.



Daftar Pustaka:
Dari berbagai sumber
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url