Identitas Individu dan Teori Pembentukan Identitas

Elemen paling penting dalam masyarakat adalah individu. Masyarakat terbentuk karena individu membentuk kelompok dengan individu lain. Satu individu tidak bisa hidup sendiri. Dia membutuhkan individu lain dalam kehidupannya. Saat individu menjalin interaksi dengan individu lain demi sebuah tujuan bersama, lahirlah kelompok sosial. Individu memiliki identitas tertentu yang membedakannya dengan individu lain. Pada kesempatan ini AquGuru akan memaparkan Identitas Individu dan Teori Pembentukan Identitas.



Identitas Individu  dan Teori Pembentukan Identitas mengacu pada studi tentang individu sebagai elemen paling dasar sebuah masyarakat. Individu memiliki identitas baik yang dibawanya secara hereditas maupun yang terbentuk karena proses interaksinya dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya
Individu memiliki identitas tertentu yang membedakannya dengan individu lain 


Untuk itu, bila kita mau memahami masyarakat yang merupakan objek material sosiologi, kita harus memahami individu terlebih dahulu karena masyarakat terbentuk di atas kumpulan individu yang memiliki identitasnya masing-masing. 



I. Individu sebagai Elemen Dasar Masyarakat


1. Pengertian Individu


Secara etimologis, individu berasal dari individuum ( Bahasa Latin ) artinya tidak terbagi. Dalam konteks masyarakat, individu adalah unit terkecil pembentuk masyarakat. Individu adalah elemen utama pembentuk masyarakat.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, individu adalah orang seorang; pribadi yang terpisah dari yang lain, organisme yang hidupnya berdiri sendiri dan secara fisiologis bersifat bebas .


Individu adalah bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi unit yang lebih kecil. Contoh, sebuah keluarga terdiri dari unit-unit yang membentuknya, yaitu ayah, ibu dan anak. Ayah, ibu dan anak, masing-masing merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.


Banyak sosiolog juga menaruh perhatian pada studi atas individu yang merupakan elemen terkecil dalam masyarakat ini.


George Herbert Mead mengatakan bahwa individu adalah makhluk sosial yang identitasnya terbentuk melalui proses interaksi dengan orang lain. Individu mengambil peran "diri lain" dalam interaksi sosial, yaitu melihat diri mereka dari perspektif orang lain dan menyesuaikan perilaku serta identitas mereka berdasarkan pandangan orang lain terhadap mereka.


Charles Horton Cooley, sosiolog Amerika yang terkenal karena teori "cermin sosial" (the looking-glass self). Menurutnya, individu adalah produk sosial karena identitasnya terbentuk melalui persepsi individu terhadap diri sendiri yang terbentuk atas dasar bagaimana orang lain merespons dan menilai mereka dalam interaksi sosial. Singkatnya, pandangan orang lain atas diri individu mencerminkan identitas yang dimiliki oleh individu itu sendiri.


Sedangkan Erving Goffman mengatakan bahwa individu adalah aktor sosial yang berusaha untuk mengendalikan cara orang lain memandang mereka. Melalui proses "presentasi diri" (self-presentation), individu menciptakan citra diri tertentu untuk mengelola kesan yang ingin mereka berikan kepada orang lain dalam berbagai situasi sosial.


2. Karakteristik Individu


Individu memiliki dua karakteristik dasar, yaitu:

a. Individu Bersifat Unik

Individu adalah unik, artinya setiap orang memiliki ciri khas atau karakteristiknya sendiri yang berbeda dari orang lain. Tidak ada dua individu yang benar-benar identik dalam hal fisik, kepribadian, dan pengalaman hidup. Setiap orang memiliki kombinasi genetik yang berbeda, dengan latar belakang sosial budayanya masing-masing, serta memiliki pengalaman yang dipersepsi masing-masing. Semua itu membentuk identitas individu masing-masing. Keunikan ini membuat setiap individu menjadi spesial dan berbeda dari yang lain.


b. Individu Bersifat Otonom

Secara etimologi, Otonom berasal dari bahasa Yunani “autos” yang artinya sendiri, dan “nomos” yang berarti hukum atau aturan. Individu bersifat otonom, artinya dia sendirilah yang mengatur dirinya sendiri.


Otonom mengacu pada kemampuan individu untuk bertindak dan membuat keputusan secara mandiri, berdasarkan kehendak, nilai-nilai, dan tujuan mereka sendiri. Otonomi adalah kebebasan individu untuk mengatur hidupnya sesuai dengan keinginan dan tanggung jawabnya.


Individu yang otonom dapat membuat keputusan, mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka, dan mempengaruhi arah hidup mereka sendiri tanpa terlalu banyak campur tangan dari pihak lain.

-----

Dengan karakteristik unik dan otonom ini, setiap individu dapat memiliki pandangan, preferensi, dan jalan hidup yang berbeda. Otonomi memungkinkan individu untuk menjadi agen aktif dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan dalam hidup mereka. Keunikan dan otonomi ini juga memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial dan budaya mereka dengan cara yang kreatif dan berbeda, membentuk keanekaragaman dalam masyarakat dan budaya secara keseluruhan.


3. Identitas Individu

Secara harfiah, "identitas" dapat diartikan sebagai "keadaan sama" atau "keadaan identik." Kata "identitas" diadopsi bahasa Inggris sebagai "identity". Secara umum, identitas mengacu pada kualitas atau kesamaan yang membedakan sesuatu dari yang lain, sehingga memungkinkan untuk dikenali atau dibedakan.
  1. Dalam konteks psikologi dan sosiologi, identitas merujuk pada konsep diri seseorang yang mencakup bagaimana seseorang memandang dan mengenali dirinya sendiri sebagai individu unik dalam masyarakat.
  2. Identitas juga mencakup realitas persepsi individu tentang jati diri, peran sosial, nilai-nilai, keyakinan, dan karakteristik lain yang membentuk citra dirinya sendiri.
  3. Identitas juga dapat dikaitkan dengan keanggotaan individu dalam kelompok sosial tertentu dan bagaimana individu mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.

Secara umum, kata "identitas" menunjukkan pada konsep kesadaran diri, dan kemampuan untuk dikenali atau dibedakan sebagai individu atau anggota kelompok tertentu dalam konteks sosial, budaya, dan lingkungan.


Identitas individu adalah gambaran tentang bagaimana seseorang memahami dan mengidentifikasi dirinya sendiri. Pemahaman dan identifikasi itu mencakup beberapa factor, yaitu:


a. Faktor biologis

Seorang anak manusia merupakan turunan seorang laki-laki dan seorang Perempuan. Anak itu membawa unsur-unsur biologis orang tuanya. Faktor biologis berperan penting dalam membentuk bagian dari identitas seseorang karena melibatkan aspek fisik dan genetik yang unik pada setiap individu.


Beberapa contoh faktor biologis yang berkontribusi dalam pembentukan identitas individu adalah sebagai berikut:


1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin biologis sebagai laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu factor, selain factor sosialisasi awal, yang turut mempengaruhi perkembangan identitas gender individu. Identitas gender adalah bagaimana seseorang mengidentifikasi dan merasakan diri mereka sebagai laki-laki, perempuan, atau identitas gender lainnya.


2. Fitur Fisik

Ciri-ciri fisik, seperti warna kulit, rambut, dan bentuk tubuh, juga dapat mempengaruhi bagaimana individu memahami dan mengidentifikasi diri mereka sendiri, serta bagaimana orang lain merespons dan menilai mereka dalam masyarakat.


3. Keturunan Genetik

Faktor keturunan genetik, termasuk karakteristik fisik dan sifat bawaan, juga dapat mempengaruhi identitas individu. Misalnya, pewarisan sifat tertentu dari orang tua dapat membentuk bagian dari identitas individu.


b. Faktor Sosial

Seorang anak juga lahir dalam keluarga, yaitu kelompok sosial pertama dan paling utama di mana anak itu bertumbuh dan berkembang. Seiring perkembangan fisik, lingkungan sosial anak tersebut semakin bertambah dan semakin kompleks. Kelompok pertemanan, sekolah dari tingkat terendah hingga tertinggi.


Kelompok-kelompok itu memberikan pengaruh yang signifikan pada identitas individu lewat proses interaksi yang berlangsung intensif dan massif. Dalam interaksi itu, seorang anak belajar, menyerap dan menginternalisasi nilai dan norma sosial yang berlaku di dalamnya.

c. Faktor Budaya

Identitas individu juga dipengaruhi oleh budaya di mana mereka tumbuh dan berkembang. Bahasa, adat istiadat, agama, dan tradisi budaya lainnya membentuk bagian dari identitas individu.

d. Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup individu, termasuk peristiwa dan interaksi yang dialami selama hidup mereka, juga berkontribusi dalam membentuk identitas mereka. Pengalaman-pengalaman ini mempengaruhi cara individu melihat diri mereka sendiri dan bagaimana mereka merespons lingkungan dan masyarakat di sekitar mereka.

--------

Dari penjelasan di atas, kita melihat bahwa identitas merujuk pada gambaran diri seseorang sebagai individu unik dengan karakteristik dan preferensi pribadi tertentu. Karena merupakan bagian integral dari masyarakat, indentitas juga terbentuk oleh interaksi sosial dan peran sosial dalam kelompok atau masyarakat tertentu.


II. Proses Pembentukan Identitas Individu

Identitas individu bukanlah sesuatu yang statis dan tidak berkembang. Sebaliknya, identitas individu bisa berkembang dan berubah seiring dengan pengalaman hidup, interaksi sosial, dan perkembangan pribadi.


a. Teori Pembentukan Kepribadian

Ada tiga teori yang muncul terkait dengan pembentukan atau pertumbuhan identitas individu:

1. Teori Nativistik

Para pendukung teori ini berpendapat bаhwа fаktоr реrtumbuhаn individu dіtеntukаn oleh fаktоr-fаktоr уаng dibawa individu ѕеjаk lаhіr. Artіnуа, pertumbuhan ѕеѕеоrаng dіtеntukаn оlеh faktor-faktor bawaan dari individu іtu ѕеndіrі, yang didapatnya dari kedua orang tuanya, bakat, dan роtеnѕі.


2. Teori Emріrіѕtіk

Pendukung teori ini agak bеrlаwаnаn dengan teori nаtіvіѕtіk. Menurut teori empiristik ini, fаktоr pertumbuhan individu ditentukan oleh latar belakang oleh lіngkungаn fisik di mana individu itu hidup.

3. Teori Kоnvеrgеnѕі

Teori реrtumbuhаn konvergensi ini dapat dіkаtаkаn kоmpilasi atau pengggabungan dari teori nativistik dan empiristik. Menurut teori konvergensi ini, pertumbuhan іndіvіdu уаng ѕаtu ini dіtentukan oleh faktor bawaan dan juga faktor lingkungan. Keduanya berinteraksi satu sama lain sehingga mmempengaruhi individu secara keseluruhan.


Berdasarkan ketiga teori di atas, dapat disimpulkan bahwa identitas individu tertentu yang bisa diamati secara inderawi merupakan gabungan dari beberapa factor pembentuknya, yaitu:


b. Faktor Pembentukan Kepribadian

1. Faktor biologis

Ciri fisik berupa warna kulit, rambut, bentuk mata dan hidung serta perawakan serta ciri-ciri non fisik berupa sifat, watak dan temperamen individu diwariskan secara genetis dari orang tua biologisnya.

2. Faktor Kelompok

Secara nyata individu hidup dalam kelompok. Setiap kelompok biasanya memiliki nilai, norma dan pola interaksi yang khas. Karena secara nyata individu hidup dalam kelompok, maka kelompok social memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap ciri identitas individu.


Pada saat yang bersamaan individu bisa menjadi anggota kelompok yang beragam. Kelompok-kelompok itu turut mempengaruhi identitas orang yang bersangkutan. Kelompok itu bisa berupa keluarga, sekolah, pertemanan atau persahabatan.


3. Faktor Geografis

Mengacu pada tempat di mana invidu dilahirkan dan dibesarkan. Termasuk di dalamnya adalah iklim, topografi dan sumber alam. Ada hubungan yang erat antara lingkungan fisik ini dengan kepribadian karena bagaimanapun juga seseorang adalah produk lingkungannya. Contoh, suku Ik ( baca: eek ) di Uganda kepribadiannya didominasi oleh sifat-sifat tamak, rakus, egois, tidak berbelaskasih. Ini terkait dengan lingkungan tempat tinggal mereka yang kering, tandus dan miskin. Karena lingkungan fisik itu, ibu-ibu Ketika memberi makan anak sering merebut kembali makanan itu dari mulut anak mereka untuk dimakan sendiri. Keadaan itu berbalikan dengan orang-orang Samoa di Australia. Mereka adalah orang-orang yang hangat dan penuh belaskasihan karena lingkungan alam mereka yang kaya.


4. Faktor kebudayaan

Kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu ide atau mikiran, nilai dan norma serta hasil karya yang bisa dicerap secara inderawi. Kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh budaya tempat di mana ia berasal, terutama nilai dan norma. Contoh, kepribadian orang desa lebih terbuka terhadap orang lain karena nilai dominan di desa adalah kebersamaan. Orang barat lebih mandiri karena individualism adalah nilai dominan mereka.



III. Tahap Pembentukan Identitas Individu


Dalam bukunya Mind, Selft and Society, George Herbert Mead, mengatakan bahwa ketika dilahirkan manusia belum mempunyai diri ( self ). Diri atau self individu terbentuk lewat proses belajar.


Individu belajar menjadi diri sendiri ( individuasi ) dan menjadi anggota masyarakat ( sosialisasi ). Yang dimaksud dengan sosialisasi adalah pembauran atau menggabungkan diri dengan individu lain dalam satu kelompok tertentu.


Untuk bisa membaur dan menggabungkan diri dengan orang lain, individu harus belajar memahami nilai dan norma bersama, belajar menempatkan diri sendiri pada tempat yang tepat dan belajar untuk memberikan sumbangan atau andil bagi orang lain dan bagi kelompok.


Sedangkan yang dimaksud dengan individuasi adalah proses belajar menjadi diri sendiri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ciri-ciri indualitasnya ( dirinya sendiri ) agar bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri otonom dan berbeda dengan individu lain.



a. Menurut George Herbert Mead


Menurut Mead, diri ( self ) manusia bertumbuh dan berkembang dalam suatu proses sosialisasi yang ia namakan proses pengambilan peran ( role taking ). Dalam proses itu, individu belajar tentang peran yang harus dijalankan seseorang juga dirinya sendiri.


Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut.


1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)

Dimulai sejak individu dilahirkan hingga berusia kira-kira tiga tahun. Seorang anak mulai mengalami proses sosialisasi lewat interakasinya dengan orang-orang yang paling dekat dengannya. Ia mulai diajari kata-kata yang paling dekat dengannya. Selain itu ia juga diajari cara-cara berada yang lain, misalnya bagaimana mesti berdiri, berjalan, makan, buang air dan sebagainya.


2. Tahap meniru (Play Stage)

Ditandai dengan semakin dalamnya seorang anak mengenal nama dan peran orang-orang yang paling dekat dengannya, anggota keluarga intinya. Pada tahap ini anak akan berupaya melakukan apa yang dilihatnya pada orang-orang terdekat, misalnya berdiri, berjalan dan berbicara. Upaya ini penuh perjuangan baginya. Sementara ia melihat orang tuanya melakukan semua itu dengan sangat mudah sehingga muncul “rasa kagum” dalam dirinya dan kemauannya untuk menyamakan diri dengan orang tuanya.


Interaksi yang terbangun dalam tahap ini paling banyak didorong oleh factor imitasi. Anak mempunyai kecenderungan yang sangat besar untuk meniru apa saja yang dilakukan orang tuanya. Anak laki-laki akan memakai pakaian kerja dan sepatu bapanya untuk meniru apa yang dilakukan bapanya. Anak perempuan pun akan meniru ibunya. Pada tahap ini, ia mulai menyadari bahwa ia ada sebagaimana orang-orang lain di sekitarnya juga ada sehingga kadang-kadang muncul pemberontakan kecil untuk menunjukkan bahwa ia ada.


3. Tahap Bermain Peran (Game Stage)

Dialami individu ketika mulai keluar dari kelompok primernya ( keluarga) dan berinteraksi dengan orang lain, terutama teman-teman sebaya. Dalam interaksi itu mereka biasanya melakukan suatu permainan. Setiap individu diberi peran agar permaianan itu berlangsung baik.


Dari tahap bermain ini individu mempelajari bahwa setiap orang memiliki perannya masing-masing dan menuntut tanggungjawab yang relevan. Pembelajaran itu selanjutnya menciptakan kesadaran yang lebih luas bahwa kehidupan sosial menyediakan peran-peran tertentu yang harus dijalankan oleh setiap individu.


Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkannya sendiri, misalnya perannya sebagai pelajar atau sebagai anak, kakak atau adik. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku baik pada kelompok primernya maupun di luar kelompok primernya.



4. Tahap Kedewasaan (Generalized Stage/Generalized other)

Individu sudah siap secara sosial untuk memikul peran-peran tertentu dalam masyarakat. Lewat peran itu ia mulai menyumbangkan tenaganya bagi masyarakat. Tahap ini biasanya dimulai saat individu tersebut menyelesaikan pendidikan formalnya yang tertinggi dan mulai menyumbangkan tenaga dan pemikirannya bagi masyarakat lewat profesi yang ia geluti. Sebagai imbalannya ia akan mendapat pengakuan-pengakuan sosial dalam bentuk status, peran dan pendapatan.


b. Menurut Charles Horton Cooley

Sama seperti Mead, Cooley juga sangat menekankan pentingnya interaksi sosial dalam proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Cooley mengatakan bahwa diri seseorang merupakan produk sosial masyarakatnya. Diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain dalam proses yang disebutnya looking-glass self. Menurutnya, pembentukan diri seseorang seperti seseorang di depan cermin. Sama halnya cermin memantulkan objek di depannya, demikian pula seseorang memantulkan apa yang dilihat dan dirasakannya dari masyarakat.


Looking-glass self berlangsung dalam proses tiga tahap:


1. Tahap Pertama

Individu membayangkan bagaimana ia di mata orang lain. Pada tahap ini individu mengetahui ada banyak nilai, norma dan peran sosial dalam masyarakatnya. Ia juga tahu bahwa setiap nilai, norma dan peran sosial memiliki harga menurut ukuran masyarakatnya. Karena itu ia mulai membayangkan mau seperti apakah dia. Bayangan itu akan mempengaruhi caranya berpikir dan bertindak.


2. Tahap Kedua

Individu membayangkan orang lain menilainya. Karena kesadaran bahwa setiap nilai, norma dan peran sosial mempunyai harga, maka ia akan bertindak sesuai dengan apa yang ia bayangkan dan orang lain akan menilainya berdasarkan tindakan yang ia buat tersebut.


3. Tahap Ketiga

Individu membayangkan bagaimana perasaannya. Penilaian orang lain terhadap individu akan menentukan penilaian individu terhadap dirinya sendiri.


Penutup


Individu memang unik dan otonom. Namun dia tidak dapat hidup sendiri, karena secara naluriah dan keterbatasannya, individu membutuhkan orang lain.


ketika individu berinteraksi dengan orang lain, ia tidak meleburkan dirinya sendiri. Ia tetaplah makluk yang unik dan otonom dan memiliki identitasnya sendiri. 


Identitas individu, selain ditentukan oleh faktor biologis-keturunan tetapi juga oleh lingkungan sosial dan lingkungan fisik. 

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan identitas, individu mengalami dua proses secara bersamaan, yaitu proses individuasi dan proses sosialisasi
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url