Diferensiasi Sosial - Penggolongan Anggota Masyarakat Secara Sederajat

Diferensiasi Sosial - Penggolongan Anggota Masyarakat Secara Sederajat

diferennsiasi sosial penggolongan atau pengelompokkan anggota masyarakat secara sederajat
Anggota masyarakat bisa dikelompokkan menurut kategori tertentu secara sederajat


Salah satu elemen struktur sosial adalah perbedaan sosial. Para sosiolog membagi perbedaan sosial itu ke dalam dua golongan besar, yaitu Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial, yang mmengacu pada perbedaan sosial secara sederajat ( setingkat ) dan secara bertingkat. Pada kesempatan ini, AquGuru akan memaparkan Diferensiasi Sosial - Penggolongan Anggota Masyarakat Secara Sederajat atau secara sama tingkatan.


A. Pengertian dan Hakekat Diferensiasi Sosial

Kalau kita memperhatikan masyarakat kita secara saksama, maka kita akan melihat adanya perbedaan-perbedaan di dalamnya. Ada pria dan wanita, ada yang berkulit hitam, putih dan coklat, ada yang berambut keriting, lurus dan bergelombang, ada yang bermata bulat dan sipit, apa yang berhidung mancung dan pesek.

Para sosiolog mengelompokkan individu berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut dengan sebutan Diferensiasi Sosial. Kata Diferensiasi Sosial merupakan gambungan dari dua kata, diferensiasi dari kata different artinya berbeda atau perbedaan dan sosial dari kata socius, artinya masyarakat. Dengan demikian, secara harafiah, diferensiasi sosial artinya perbedaan masyarakat. 

Menurut kamus sosiologi, diferensiasi adalah penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau sejenis. Sama atau sejenis di sini mengandung arti bahwa penggolongan atau pembedaan ini tidak menunjukkan adanya kelompok yang lebih tinggi atau lebih rendah, tetapi semuanya memiliki tingkatan atau derajat yang sama. 

Dengan demikian, diferensiasi sosial bisa diartikan sebagai proses pemisahan atau penggolongan anggota masyarakat menurut kateori-kategori tertentu secara horizontal atau sederajat.

Dalam kehidupan sehari-hari diferensiasi sering disebut juga kemajemukan dan heterogenitas sosial. Kemajemukan sosial mengacu pada perbedaan ras, etnis, klan dan agama. Sedangkan heterogenitas mengacu pada perbedaan jenis kelamin dan pekerjaan.

Secara kasat mata ( yang terlihat secara langsung ), diferensiasi sosial muncul dalam tiga kategori utama, yaitu:


a. Kategori Fisik

Betapapun beragamnya anggota masyarakat, kita bisa membedakan mereka berdasarkan ciri-ciri fisiknya. Begitu melihat orang lain, kita bisa secara langsung menggolongkan mereka ke dalam kelompok tertentu berdasarkan ciri-ciri fisik yang terlihat langsung, di antaranya jenis kelamin, warna kulit, jenis rambut, bentuk mata, bentuk hidung.


b. Kategori Sosial

Anggota masyarakat juga bisa dibedakan menurut status dan peran yang disandangnya. Status mengacu pada kedudukan seseorang dalam masyarakat. Sedangkan peran mengacu pada tugas dan tanggungjawab yang terkait dengan status tertentu. Salah satu bentuk status yang umum dalam masyarakat adalah jenis-jenis pekerjaan atau profesi; ada pekerjaan formal dan non formal. Anggota masyarakat Indonesia misalnya, ada yang pejabat pemerintah dan rakyat biasa, ada yang pegawai negeri sipil dan pegawai swasta, ada yang jadi anggota cabinet dan anggota DPR, dan sebagainya. Setiap masyarakat memberikan tingkatan prestise terhadap jenis-jenis pekerjaan yang ada dalam masyarakatnya, mulai dari yang paling bergensi dan berprestise hingga yang paling kecil gengsi sosialnya, walaupun ada kesadaran bahwa setiap pekerjaan penting bagi keberlangsungan masyarakat mereka.

Secara langsung, status seseorang dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, aksesoris yang melekat pada penampilannya atau kendaraan yang digunakan. Bila melihat orang mengenakan pakaian yang bersih, rapi, memakai parfum wangi, kita akan segera menduga bahwa orang itu adalah pekerja di ruang tertutup sebagai seorang karyawan kantor. Bila kita melihat seseorang, selain berpakaian rapi dan wangi, juga menggunakan kendaraan pribadi yang mewah, kita akan segera menduga bahwa orang itu adalah pengusaha. 


c. Kategori Budaya

Anggota masyarakat juga bisa dibedakan menurut budaya yang dianutnya. Unsur budaya yang paling umum dipakai untuk membedakan orang adalah bahasa, dan produk-produk budaya yang bersifat material, misalnya pakaian, rumah dan atribut-atribut lainnya.


B. Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial

Di bawah ini akan dikemukakan beberapa jenis diferensiasi sosial yang ada dalam masyarakat. Pemaparan ini diharapkan  membantu kita untuk memetakan individu sebagai anggota masyarakat ke dalam kelompok-kelompok tertentu dan memahami posisi individu dalam masyarakat. 

1. Diferensiasi atas Dasar Ras

Ras, menurut Koentjaraningrat, adalah golongan manusia dengan ciri-ciri fisik tertentu dalam suatu frekwensi yang besar. Maksudnya bahwa ciri-ciri itu tidak hanya ditemukan dalam satu dua orang saja tetapi dalam satu golongan yang besar. Ciri-ciri itu mengacu pada warna kulit, rambut, serta bentuk-bentuk bagian wajah ( mata dan hidung ). Dengan demikian, diferensiasi ras adalah proses pemisahan atau penggolongan anggota masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu dalam suatu frekwensi yang besar.

A. Ralph Linton

Ralph Linton membagi manusia dalam tiga kelompok ras utama, yakni ras Mongoloid, Kaukasoid dan Negroid. Di luar ras itu terdapar ras khusus, seperti Australoid. Veddoid, Polynesia dan Ainu.

  1. Ras Mongoloid: memiliki ciri-ciri berkulit kuning sampai sawomatang, rambut lurus, bulu mata sedikit dan bermata sipit ( terutama Asiatic Mongoloid ). Secara umum ras Mongoloid dibagi atas dua, yaitu Indian Mongoloid dan Asia Mongoloid. Indian Mongoloid adalah ras asli dan yang mendiami benua Amerika, tersebar dari Amerika Utara hingga Amerika Selatan. Sedangkan ras Asia Mongoloid mendiami wilayah Asia. Ras ini bisa dibedakan atas Asiatic Mongoloid dan Malayan Mongoloid.
  2. Ras Kaukasoid: memiliki ciri-ciri berkulit putih, berambut pirang sampai coklat kehitaman dan kelopak mata lurus. Ras ini terbagi dalam sub ras Nordic yang mendiami Eropa Utara, Alpin yang mendiami Eropa Tengah sepanjang pegununga Alpen, Mediteran yang mendiami kawasan Mediterania, Armenoid, India.
  3. Ras Negroid: memiliki ciri-ciri berambut hitam dan keriting, berkulit hitam, bibir tebal dan kelompak mata lurus. Ras ini terbagi dalam sub ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oceanis dan Hotentot-Boysesman.

B. Menurut A.L. Kroeber

Sedangkan A. L. Kroeber membagi manusia dalam lima kelompok ras, yaitu:
  1. Ras Austroloid yang mencakup penduduk asli Australia
  2. Ras Mongoloid yang mencakup sub ras Asiatic Mongoloid ( penduduk Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur ), Malayan Mongloid ( penduduk Asia Tenggara dan pendduduk asli Taiwan ), American Mongoloid ( penduduk asli Amerika ).
  3. Ras Kaukasoid yang mencakup sub ras Nordic ( Eropa Utara ), Alpine ( Eropa Tengah dan Timur ), Mediteranian ( Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab dab Persia ), Indic ( Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka ).
  4. Ras Negroid mencakup sub ras African Negroid ( benua Afrika ), Negrito ( Afrika Tengah, semenanjung Malaya – yang dikenal dengan orang Semang, Filipina ).
  5. Ras Melanesia ( Papua dan Melanesia ).
  6. Ras-ras khusus, terdiri dari ras Bushman ( gurun Kalahari dan Afrika Selatan ), ras Veddoid ( pedalaman Sri Lanka dan Sulewesi Selatan ), Polynesian ( kepulauan Micronesia dan Polynesia ) dan ras Ainu ( Jepang ).

C. Pandangan Terbaru

Pandangan terbaru membagi ras manusia dalam empat golongan, yaitu
  1. Ras Khoisan: adalah ras manusia yang mendiami daerah barat daya Afrika, terutama di Namibia, Botswana dan Afrika Selatan. Meski jumlah anggota ras ini tinggal beberapa ratus ribu, ras ini adalah ras yang sangat menarik sebab dianggap ras tertua atau cabang pertama yang berpisah dari ras utama manusia lainnya.
  2. Ras Mongoloid: adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania.Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
  3. Ras Negroid: adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika di sebelah selatan gurun Sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur Tengah. Ciri khas utama anggota ras negroid ini ialah kulit yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu anggota ras Khoisan dan ras Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras manusia ini.
  4. Ras Kaukasoid: adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara. Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru.Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.
  5. Ras Campuran: adalah ras manusia yang muncul karena perkawinan silang ( amalgamasi ) antar ras. Dewasa ini ditemukan banyak pasangan yang berbeda ras memutuskan untuk hidup berumahtangga sehingga melahirkan keturunan baru yang merupakan perpaduan dari ras kedua orang tuanya, misalnya perpaduan antar ras kaukasoid Nordic dengan ras Negrito, atau ras Asiatic Mongoloid dengan ras Malayan Mongoloid. Hasil amalgamasi ini lebih populer disebut Indo. Di Amerika Tengah dan Selatan, karena perbauran antara ras sudah terjadi dalam waktu yang relative lama, amalgamasi antara ras Kaukasoid dengan ras American Mongoloid disebut Mestizo. Demikian juga amalgamasi antara ras Kaukasoid dengan ras Negroid.

2. Diferensiasi atas Dasar Etnis / Suku Bangsa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, suku bangsa adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial yang lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa. Perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa tersebut dapat kita temukan dalam masyarakat yang juga memiliki kesamaan ras. Mengapa dalam satu ras bisa muncul begitu banyak suku bangsa atau etnis? Keberagaman dan perbedaan itu terjadi karena kurangnya interaksi antara golongan-golongan yang memiliki kesamaan ras dalam jangka waktu yang relatif lama. Kurangnya interaksi tersebut bisa terjadi karena mereka yang tadinya satu ras hidup terpencar-pencar dalam wilayah geografis yang luas dan saling berjauhan. Selain itu, iklim dan lingkungan alam yang berbeda-beda menyebabkan setiap kesatuan golongan manusia tersebut mengembangkan pola adaptasi yang berbeda-beda terhadap alam di mana mereka hidup. Itulah sebabnya kita menemukan keberagaman etnis atau suku bangsa dalam sebuah kelompok ras manusia yang sama.

Orang-orang Indonesia dengan ras mayoritas Malayan Mongoloid missal-nya, terbagi dalam beberapa etnis atau suku bangsa. Cornelis van Vollen Houven mengatakan bahwa ada 316 suku bangsa di Indonesia. Sedangkan Koentjaraningrat mengatakan ada 119 suku bangsa di Indonesia. Secara umum suku-suku bangsa yang ada di Indonesia ini dapat dipetakan sebagai berikut:

Wilayah Sumatera

Terdiri dari suku-suku: Aceh, Simeulue, Gayo, Alas, Tamiang, Singkil, Melayu, Batak, Nias, Minangkabau, Sakai, Palembang, Musi, Ogan, Komering, Pasemah, Orang Laut, Kubu, Kerinci, Rejang, Serawai, Lampung.
Kalimantar dan skitarnya terdiri dari suku-suku: Pasir, Dayak, Kutai, Tagel, Benawas, Banjar, Tagel dan sebagainya.

Wilayah Sulawesi 

Terdiri dari suku-suku: Minahasa, Mongondow, Sangir, Talaud, Gorontalo, Kaidipang, Bantik, Banggai, Salua, Balantak, Pamona, Mori, Bungku, Kaili, Toli-toli, Buol, Wakatobi, Walio, Buton, Muna, Tolaki, Makasar, Bugis, Toraja. Mandar.

Wilayah Jawa dan Madura

Terdiri dari suku-suku: Sunda, Jawa, Badui, Banten, Betawi, Tengger, Madura.

Milayah Nusa Tenggara

Terdiri dari suku-suku: Bali, Sasak, Lombok, Bima, Manggari, Ngada, Ende, Lio, Sika, Larantuka, Lamaholot, Timor, Rote, Helong, Dawan.

Wilayah Maluku

Terdiri dari suku-suku: Kisar, Tepa, Tanimbar, Kei, Arus, Morotai, Loda, Tidore, Togutil, Makian, Bacan, Gane, Palela, Ambon, Saparua, Nusalaut, Kayeli dan sebagainya.

Wilayah Papua

Terdiri dari ratusan suku di antaranya Waigeo, Batanta, Salawati, Misol, Yapen, Warropen, Kapauku, Numfor, Biak, Mimika, Moni, Sentani, Dani, Marindanim, Asmat, Midika.

Kondisi Saat ini

Dewasa ini, setelah diberlakukan program transmigrasi mulai zaman Belanda hingga zaman kemerdekaan, telah terjadi interaksi antar suku-suku bangsa di Indonesia, misalnya antara suku Jawa dengan suku-suku di Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Ambon. Atau suku-suku dari wilayah Indoesia yang lain telah melakukan mobilitas geografis untuk memperbaiki kondisi kehidupan dan pendidikan ke Jawa atau ke tempat lain. Tingginya mobilitas geografis tersebut mengakibatkan terjadinya pembauran yang instens antar suku lewat perkawinan dan pergaulan hidup sehari-hari. Hasilnya adalah budaya-budaya suku tertentu dikenal dan dipakai oleh suku-suku yang lain sehingga kebudayaan suku tersebut diterima secara umum. Katakanlah lagu-lagu tradisional dari Papua yang enerjik bukan hanya dinyanyikan di Papua tetapi juga dikenal oleh anak-anak di Minangkabau. Tarian Poco-poco dari Sulawesi Utara juga dinikmati oleh ibu-ibu di Sunda. Masakan Padang ditemukan hampir di semua kota di Indonesia. Belum lagi tempe dan batik yang sudah dikenal luas dan akrab di mana-mana, ataupun barongsai yang secara lincah dimainkan oleh bocah-bocah Karawang atau Banten.


3. Diferensiasi atas Dasar Klan /Marga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, klan adalah kelompok kekerabatan yang berdasarkan asas unilineal. Atau secara lebih sederhana, klan adalah kelompok kekerabatan yang terbentuk karena kesatuan keturunan, entah kesatuan itu dilihat dari pihak ibu ( matrilineal ), dari pihak ayah ( patrilineal ) atupun dari keduanya ( bilineal ). Kesatuan keturunan dari pihak ayah ( patrilineal ) disebut Marga atau Fam. Sedangkan kesatuan keturunan dari pihak ibu ( matrilineal ) dalam bahasa Minangkabau disebut Paruik. Dengan demikian diferensiasi klan mengacu proses pemisahan atau pembedaan anggota masyarakat berdasarkan kesatuan keturunan anggota masyarakat tersebut dalam suatu suku atau etnis.

Klan adalah kesatuan kelompok yang lebih kacil dari etnis. Bila etnis atau suku bangsa mengacu pada kesatuan kebudayaan, terutama bahasa, maka klan mengacu pada sistem kekerabatan atau garis keturunan. Klan biasanya ditemukan dalam satu suku. Misalnya pada suku Batak ditemukan klan Ginting, Sembiring, Tarigan dan sebagainya. Atau pada suku Manado misalnya ada fam Mandagi, Lasut, Tombokan, Pangkarego, Supit dan sebagainya. Klan terkait dengan pengaturan perkawinan dan pola pengasuhan dan perwalian anak pada suku tersebut; siapa yang menikah dengan siapa dan siapa yang berhak dan harus mengasuh anak yang dilahirkan pada perkawinan tersebut.

Pada suku-suku di Indonesia, dikenal dua bentuk klan, yaitu klan atas dasar garis keturunan ibu ( matrilineal ) dan klan atas dasar garis kteurunan ayah ( patrilineal ).

Klan Matrilineal

Agak jarang ditemukan di Indonesia. Hanya ada dua suku yang menganut klan ini, yaitu pada suku Minangkabau di Sumatera dan suku Ngadha di Flores. Kemurnian rang pada suku Ngada di Flores dijaga oleh kaum wanita. Mereka hanya boleh menikah dengan seorang lelaki yang setingkat dengan mereka, sedangkan saudara laki-laki mereka boleh menikah dengan yang setingkat ataupun yang lebih rendah dari rang mereka. Karena aturan ini, di Ngada sering ditemukan para wanita yang tidak menikah selama hidupnya. Sedangkan yang khas pada masyarakat Minangkabau adalah bahwa seorang suami tetap dianggap sebagai orang asing dalam rumah tangganya dan dalam lingkungan keluarga besar isterinya. Walaupun memiliki anak sendiri, seorang suami/bapak tidak bertanggungjawab menghidupi anak biologisnya sendiri. Ia bertanggungjawab untuk menghidupi keponakannya, yaitu anak dari saudari perempuannya.

Klan Patrilineal 

Secara umum ditemukan di Indonesia. Sebagaian besar suku-suku di Indonesia menganut sistem klan ini. Pada suku-suku tertentu, seperti Batak dan Ambon, dikenal sistem perkawinan connubium circulation atau asimetris, di mana klan yang satu berperan sebagai pemberi isteri kepada klan tertentu dan tidak boleh sebaliknya. Pada sistem ini, seorang gadis yang sudah diperisteri seorang lelaki akan meninggalkan keluarganya dan memberikan keturunan baru bagi keluarga suaminya. Pada suku Batak misalnya, ketika baru bertemu dan saling memperkenalkan diri berdasarkan nama marga, maka secara spontan mereka akan menelusur posisi orang tersebut, apakah satu klan, atau klan penerima ataukah klan pemberi isteri.

4. Diferensiasi atas Dasar Agama

Pada dasarnya manusia membutuhkan sesuatu untuk dijadikan pegangan hidup yang memberikan rasa bermakna dalam segala dimensi kehidupannya. Kebutuhan ini dipenuhi oleh agama. Itulah sebabnya hidup beragama menjadi suatu fenomena universal, ditemukan di mana saja dan kapan saja.

Diferensiasi agama adalah proses pemisahan atau pembedaan anggota masyarakat berdasarkan keyakinannya terhadap yang sacral atau yang suci. Agama adalah sistem ajaran yang mengatur tata kepercayaan dan peribadatan kepada Adikodrati serta kaidah-kaidah yang mengatur pola hubungan antara manusia dengan manusia lain dan antara manusia dengan lingkungannya. Atau dalam pemahaman Emile Durkheim, agama adalah sistem keyakinan dan tata cara ibadat yang berkenaan dengan hal-hal yang suci atau sacral yang menyatukan para pengikutnya dalam suatu komunitas moral, yang lebih dikenal dengan umat beragama.

Elemen Penting Agama

Tiga elemen penting dalam agama. Setiap agama memiliki beberapa elemen utama yang membentuk agama tersebut. Secara umum, setiap agama atau keyakinan memiliki 3 elemen penting, yaitu:

  1. Sekumpulan keyakinan tentang hal-hal yang dianggap sacral atau suci, yang bersifat adikodrati atau melampaui kodrat manusia. Menurut Rudolf Otto, ketika manusia berhadapan dengan yang sacral atau suci tersebut manusia akan mendapatkan pengalaman Tremendum et Fascinosssum yaitu pengalaman bahwa yang suci itu sangat luar biasa, dahsyat, maha hebat dan jauh melampaui manusia sehingga menimbulkan rasa takut tetapi yang suci itu juga sangat dekat, akrab dan intim dengan manusia sehigga menimbulkan rasa cinta.
  2. Ritual dan norma keagamaan, yaitu segala sesuatu yang terkait dengan perayaan keagamaan dan aturan-aturan yang mengatur cara hidup umat dalam hubungannya dengan yang sacral atau suci itu, sesama dan alam sekitarnya.
  3. Jemaat, yaitu kumpulan manusia yang memiliki keyakinan yang sama terhadap yang sacral atau suci tersebut.

Jenis-jenis agama

Agama adalah fenomena umum yang ditemukan pada semua komunitas manusia, baik yang masih sangat tradisional, maupun yang sudah sangat maju. Berikut ini adalah beberapa jenis agama yang ditemukan dalam masyarakat:

  1. Animisme dan Dimanisme, yaitu sebuah sistem keyakinan yang percaya bahwa setiap benda mempunyai roh dan kekuatan. Di Indonesia, agama jenis ini sudah jarang tetapi masih ditemukan dalam bentuk agama-agama suku, seperti kejawen pada suku Jawa, Sunda Wiwitan pada suku Badui, Kaharingan pada suku Dayak, atau Merapu pada suku Sumba. Agama-agama ini tetap bertahan di tengah agama-agama yang datangnya dari luar. Bahkan bisa survive karena bersinkretis dengan agama-agama besar yang datangnya dari luar tersebut.
  2. Polyteisme, yaitu sebuah sistem keyakinan bahwa alam semesta dan segala isinya dikuasai oleh Dewa-Dewa. Hinduisme adalah salah satu agama yang memenuhi ciri ini. Dalam Hinduisme dikenal beberapa dewa, misalnya Dewa Shiwa dan Dewa Wisnu.
  3. Agama yang bercorak filosofis, yaitu sistem keyakinan yang bercorak sebagai pemberi atau penunjuk cara hidup yang baik dan benar. Termasuk di dalamnya adalah Budhisme dan Taoisme atau Khonghucu.
  4. Agama wahyu, yaitu sistem keyakinan yang mendasarkan dirinya pada Allah sebagai Pribadi yang Mahatinggi dan Mahabesar yang mewahyukan Diri dan cara hidup yang benar kepada manusia lewat manusia-manusia yang diberi karunia berbicara dan bernubuat, yaitu para Nabi. Termasuk di dalamnya adalah agama Yahudi, Kristen dan Islam.

Agama Masyarakat Indonesia

Secara formal Indonesia mengakui keberadaan beberapa agama, yaitu Hindu, Budha, Islam, Protestan, Katolik dan Khonghucu. Secara kuantitatif, mayoritas masyarakat Indonesia menganut agama Islam, lalu menyusul Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Namun demikian beberapa agama, terutama agama-agama asli masih menampakkan pengaruhnya dalam hidup sehari-hari.




5. Diferensiasi atas Dasar Jenis Kelamin dan Gender


Jenis kelamin mengacu pada karakteristik seks primer, yaitu alat kelamin laki-laki dan perempuan. Perbedaan karakter sex primer tersebut turut mempengaruhi karakter sex sekunder di kemudian hari seperti perbedaan bentuk tubuh dan kepribadian. Dengan demikian, diferensiasi jenis kelamin adalah proses pemisahan atau pembedaan anggota masyarakat berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu sebagai laki-laki atau perempuan.

Gender bisa dipahami sebagai perbedaan jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Namun juga ada perbedaan antara keduanya. Jenis kelamin, yaitu karakters sex primer lebih mengacu pada perbedaan biologis – fisik sedangkan gender lebih mengacu pada perbedaan peranan sosial. Karakter sex primer lebih terkait dengan kodrat manusiawi, sedangkan gender terkait dengan konstruksi budaya untuk laki-laki dan perempuan.

Peran gender adalah pola perilaku yang diharapkan masyarakat terhadap individu terkait dengan jenis kelaminnya. Pola perilaku tersebut sudah dibentuk dan diterapkan pada individu sejak individu tersebut dilahirkan. Bayi perempuan akan diberi baju, sepatu dan topi berwarna merah jambu, sedangkan bayi laki-laki akan diberi pakaian berwarna , mobil-mobilan atau mainan senapan. Anak perempuan akan diajarkan untuk besikap lemah lembut dan sopan sedangkan anak laki-laki akan diajarkan untuk tegas, berani dan tidak boleh menangis. Pembedaan perlakuan tersebut akan memberikan pembedaan yang besar pada sikap, perilaku dan kepribadian individu tersebut di kemudian hari.

Kaum feminis berupaya mendobrak pola pengasuhan anak seperti itu karena menurut mereka pola pengasuhan ini telah melahirkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender itu tampak dalam kenyataan masih ditemukannya dominasi budaya patriakhal dalam masyarakat, peran-peran public hanya diperuntukkan bagi lelaki sedangkan perempuan hanya menangani pera-peran yang bersifat privat dan interen, seperti mengasuh anak dan mengurusi keluarga.




Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url