Local Wisdon: Proses Pembentukan dan Peranannya bagi Komunitas Lokal

tempatguru.com. Dalam materi yang lain ( baca di sini ), kami telah menyoroti kondisi atau keadaan komunitas local dalam tantangan globalisasi. Dalam materi ini, kami menyoroti Local Wisdom sebagai mekanisme yang bisa dipakai oleh komunitas local untuk mengarungi arus globalisasi.

Kebijakan Lokal atau Local Wisdom terbentuk dalam komunitas lokal dan digunakan untuk melindungi komunitas lokal dari waktu ke waktu
Local Wisdom dibentuk oleh Komunitas Lokal untuk kepentingan Komunitas secara keseluruhan
sumber gambar: pexels.com


Materi ini membahas peran penting local wisdom dalam menjaga keberlanjutan, identitas budaya, dan adaptasi terhadap perubahan. Dalam materi ini dijuga disajikan bagaimana komunitas lokal memanfaatkan pengetahuan tradisional untuk membangun fondasi yang tangguh dan relevan di era globalisasi ini. Itulah sebabnya, materi ini kami beri judul "Local Wisdon: Proses Pembentutakn dan Peranannya bagi Komunitas Lokal."  



Pentingnya Local Wisdom bagi Keberlanjutan Komunitas Lokal


Dalam Bahasa Inggris, kearifan local disebut "local wisdom." Secara etimologis, local berasal dari bahasa Latin "locus," yang berarti tempat atau wilayah tertentu. Sedangkan wisdom berarti kebijaksanaan atau pengetahuan yang mendalam dan berharga yang diperoleh melalui pengalaman dan refleksi.


Jadi, secara etimologis, "local wisdom" dapat diartikan sebagai kebijaksanaan atau pengetahuan yang muncul dan berkembang di dalam suatu masyarakat setempat atau komunitas tertentu.


Dalam perspektif para ahli, konsep "local wisdom" sering kali terkait dengan pemahaman dan praktik yang melekat dalam budaya dan tradisi lokal.


Berikut adalah beberapa definisi dan pandangan dari para ahli tentang "local wisdom":
  1. Menurut Fung dan Yen (2010), "local wisdom" adalah pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh masyarakat lokal, mencakup nilai-nilai, norma, kepercayaan, serta pengetahuan praktis yang diturunkan dari generasi ke generasi.
  2. Juntasa (2006), local wisdom adalah pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh masyarakat lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan di sekitarnya dengan cara yang berkelanjutan.
  3. Sedangkan Suprapto (2012), menyebut "local wisdom" sebagai kearifan lokal yang mencakup kebijaksanaan dalam membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam, serta antar manusia.
  4. Gadgil dan Guha (1992) mengatakan bahwa "local wisdom" merujuk pada pengetahuan lokal yang diakumulasikan oleh masyarakat melalui pengalaman dan interaksi jangka panjang dengan lingkungan alam, termasuk cara-cara mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.

Dari pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa "local wisdom" mencakup pengetahuan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi, baik dalam konteks pertanian, pengelolaan lingkungan, sistem kepercayaan, nilai-nilai budaya, atau aspek-aspek lain dari kehidupan masyarakat lokal. Local Wisdom mencakup nilai-nilai lokal dan pengetahuan praktis yang dapat memberikan kontribusi positif dalam menjaga keberlanjutan, kearifan, dan identitas budaya suatu komunitas atau wilayah.



Proses Pembentukan Local Wisdom

Pembentukan local wisdom dalam masyarakat melibatkan serangkaian proses yang kompleks dan beragam. Pembentukan local wisdom itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya budaya, nilai-nilai, dan pengalaman sejarah masyarakat tersebut.


M. Scott Peck, seorang psikiater dan penulis, adalah satu ahli yang mempelajari dinamika dalam pembentukan komunitas dan hubungan antarindividu. Meskipun Peck tidak secara khusus membahas local wisdom, pandangannya tentang pembentukan komunitas dan hubungan antar anggota komunitas dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana nilai-nilai bersama dan kebijaksanaan lokal berkembang dari waktu ke waktu.


Peck melihat pembentukan komunitas yang kuat sebagai bagian terpenting dalam proses pengembangan local wisdom. Pembentukan komunitas yang kuat itu penting karena beberapa alasan mendasar:

  1. Interaksi yang Mendalam: Komunitas yang kuat mampu memberikan platform untuk interaksi yang mendalam antarindividu. Melalui dialog yang terbuka dan saling mendengarkan, anggota komunitas dapat berbagi pengalaman, nilai, dan pemahaman mereka, menciptakan basis untuk pertukaran pengetahuan lokal yang kaya.
  2. Pembentukan Identitas Bersama: Komunitas yang kuat mampu membentuk identitas bersama di antara anggotanya. Identitas ini mencakup nilai-nilai bersama, tradisi lokal, dan kebijaksanaan yang diakui dan dihormati oleh seluruh anggotanya. Identitas bersama ini merupakan pondasi dari local wisdom yang muncul dari kearifan kolektif.
  3. Kebersamaan dalam Mencapai Tujuan: Pembentukan komunitas yang kuat menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesatuan dalam mencapai tujuan bersama. Anggota komunitas yang merasa saling terhubung dan saling mendukung lebih mungkin bekerja sama untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan local wisdom.
  4. Pemberdayaan Individu: Dalam sebuah komunitas yang kuat, individu-individu merasa didukung dan diberdayakan. Pemberdayaan ini mendorong partisipasi aktif, kreativitas, dan kontribusi dari setiap anggota komunitas. Individu yang merasa memiliki peran yang penting cenderung lebih berkontribusi pada pengembangan local wisdom.
  5. Penerimaan terhadap Keberagaman: Komunitas yang kuat memiliki kapasitas untuk menerima dan menghargai keberagaman. Ini menciptakan lingkungan di mana berbagai perspektif, tradisi, dan praktik lokal dapat saling bersinergi dan memberikan kontribusi pada keragaman local wisdom yang muncul.
  6. Kesinambungan dan Adaptasi: Komunitas yang solid juga menghadapi perubahan dan adaptasi dengan lebih baik. Mereka mampu mempertahankan nilai-nilai inti sambil fleksibel dalam menghadapi dinamika perubahan lokal dan global. Kemampuan untuk beradaptasi memastikan bahwa local wisdom tetap relevan dan efektif seiring berjalannya waktu.

Dengan demikian, pembentukan komunitas yang kuat bukan hanya menciptakan fondasi yang kokoh untuk local wisdom, tetapi juga menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan, keberlanjutan, dan relevansi kebijaksanaan lokal dalam menghadapi perubahan dan kompleksitas dunia.


Peran Kearifan Lokal dalam Ketahanan Komunitas Lokal

Local wisdom memiliki peranan yang sangat penting dalam komunitas lokal. Dalam banyak konteks, kebijaksanaan lokal atau local wisdom tidak hanya mewakili warisan budaya dan pengetahuan praktis, tetapi juga memberikan kontribusi positif dalam menjaga keberlanjutan, mengatasi tantangan lokal, dan memperkuat identitas komunitas yang bersangkutan.



Berikut adalah beberapa poin penting atau peran local wisdom dalam komunitas setempat:


Local Wisdom sebagai Kunci Keberlanjutan Sumber Daya Alam

Pengetahuan lokal memberikan kontribusi penting terhadap upaya menjaga keberlanjutan lingkungan fisik tempat tinggal komunitas lokal. Hal ini didasarkan atas fakta bahwa local wisdom mencakup pengetahuan dan praktik dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Komunitas lokal memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem lokal, metode pertanian tradisional, dan cara-cara mengelola sumber daya alam yang ramah lingkungan.


Local wisdom dalam pengelolaan sumber daya alam seringkali berfokus pada praktik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dalam era globalisasi di mana tantangan lingkungan hidup begitu nyata, pengetahuan lokal ini dapat memberikan kontribusi penting terhadap upaya menjaga keberlanjutan bumi kita.




Local Wisdom Menjaga Ketahanan Pangan

Penggunaan pupuk sintetis dalam pertanian modern, memang terbukti meningkatkan produktivitas tanaman secara signifikan. Pupuk ini menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang dapat meningkatkan hasil yang lebih besar per hektar.


Namun, penggunaan pupuk sintetis memiliki beberapa kerugian jangka menengah dan jangka panjang:
  1. Dampak negative penggunaan pupuk sintetis ini semakin hari semakin akumulatif. Salah satu dampak negatif utamanya adalah pencemaran lingkungan. Limbah dari pupuk ini, seperti nitrogen dan fosfor, dapat mencemari air tanah dan sungai, menyebabkan eutrofikasi ( pencemaran air karena peningkatan kadar mineral dan nutrisi, terutama nitrogen dan fosfor ) dan membahayakan ekosistem air.
  2. Penggunaan pupuk sintetis juga dapat menghambat aktivitas mikroba tanah yang penting untuk kesehatan tanah. Ini dapat mengurangi keberlanjutan tanah dan memerlukan penggunaan lebih banyak input kimia untuk mempertahankan produktivitas.
  3. Produksi dan penggunaan pupuk sintetis juga turut menyumbang emisi gas rumah kaca, terutama nitrogen oksida. Gas ini berkontribusi pada perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.
  4. Beberapa bahan kimia dalam pupuk sintetis juga berdampak pada kesehatan manusia, baik melalui konsumsi langsung maupun melalui pencemaran air dan tanah.

Dengan mempertimbangkan dampak-dampak ini, penting untuk mencari keseimbangan antara meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga keberlanjutan lingkungan serta kesehatan manusia. Strategi pertanian berkelanjutan, seperti praktik organik, rotasi tanaman, dan pengelolaan sumber daya yang bijaksana, dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk sintetis.


Khabar baiknya, semua itu sudah dipraktekkan oleh nenek moyang manusia jauh sebelum era modernisasi. Dalam banyak komunitas agraris, local wisdom berperan penting dalam meningkatkan ketahanan pangan. Pengetahuan tentang jenis tanaman yang cocok dengan iklim lokal, teknik pertanian yang efisien, dan praktik penyimpanan makanan tradisional dapat mendukung kemandirian pangan komunitas.


Dewasa ini, semakin disadari bahwa melalui penerapan local wisdom dalam ketahanan pangan, globalisasi dapat mencapai kesinambungan dalam produksi pangan, memperhitungkan nilai-nilai lokal dan keberlanjutan ekologis. Ini membantu menciptakan sistem pangan global yang lebih adaptif, tahan terhadap perubahan iklim, dan mempertimbangkan keanekaragaman budaya serta lingkungan.



Local Wisdom Menjaga Keseimbangan Lingkungan: Mencegah Eksploitasi Berlebihan

Local wisdom sering kali mencakup nilai-nilai keberlanjutan dan pemahaman tentang keseimbangan ekosistem. Ini membantu mencegah eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam dan mendukung kehidupan yang seimbang antara manusia dan lingkungan.


Dalam konteks tersebut, local wisdom membantu mencegah eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam dan mendukung kehidupan yang seimbang.


Ada banyak praktek local wisdom yang sudah dipraktekkan secara turun temurun dalam komunitas local dalam menjaga lingkungan hidup mereka, di antaranya:
  1. Local Wisdom berfokus pada keberlanjutan dan keseimbangan. Hal ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap tujuan keberlanjutan bumi kita, terutama dalam era globalisasi ini.
  2. Local Wisdom juga berfokus pada pelestarian budaya lokal. Pengakuan dan pelestarian local wisdom dapat membantu mencegah hilangnya praktik-praktik tradisional dan pengetahuan budaya local yang berharga.
  3. Local Wisdom sangat menekankan nilai-nilai inklusi sosial dan kebersamaan. Tradisi lokal dapat menciptakan jaringan sosial yang kuat, mempromosikan kerjasama, dan membangun rasa saling ketergantungan di antara anggota komunitas. Di tengah arus globalisasi yang cenderung individualis dan kompetitif, penting untuk mempromosikan nilai-nilai inklusi sosial, jaringan sosial dan kebersamaan. Kolaborasi dapat menjadi alternatif kompetisi yang cenderung menjauhkan hubungan antar manusia.


Local Wisdom dan Adaptasi Terhadap Dinamika Global

Local wisdom juga mencakup pengetahuan tentang bagaimana beradaptasi dengan perubahan, baik perubahan iklim, perubahan ekonomi, atau perubahan sosial. Local wisdom juga membantu komunitas lokal untuk tetap relevan dan berkelanjutan dalam menghadapi dinamika global.


Hal itu terjadi karena komunitas lokal telah memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan. Adaptasi yang tertuang dalam kearifan local adalah mekanisme komunitas-komunitas local dalam menghadapi berbagai perubahan yang dialami komunitas dari waktu ke waktu.


Kearifan local yang sama dapat digunakan komunitas local dalam mengadaptasikan diri dengan dinamika globalisasi.



Local Wisdom sebagai Sumber Daya Fransformasi Sosial


Robert Redfield, sosiolog Amerika adalah orang pertama yang memperkenalkan konsep "folk society" atau masyarakat rakyat. Lewat konsep ini,  Redfield menyoroti kearifan lokal dan kebudayaan rakyat sebagai sumber daya penting dalam menghadapi transformasi sosial.


Lewat konsep Folk Society, Redfield menekankan beberapa hal krusial yang harus diperhatikan dalam menghadapi transformasi sosial yang dihadapi komunitas local, terutama dalam era globalisasi.

  1. Pentingnya Kearifan Lokal: masyarakat rakyat atau "folk society" memiliki sumber daya kearifan lokal yang unik. Hal itu mencakup nilai-nilai, norma-norma, dan praktik-praktik tradisional yang memungkinkan mereka beradaptasi dengan perubahan sosial tanpa kehilangan identitas budaya mereka.
  2. Resistensi terhadap Homogenisasi: Redfield melihat masyarakat rakyat sebagai kelompok yang cenderung mempertahankan keberagaman budaya mereka di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Mereka dapat menjadi agen resistensi terhadap homogenisasi budaya yang sering dihasilkan oleh transformasi sosial.
  3. "Great" dan "Little" Traditions: Redfield membedakan antara tradisi besar (great traditions) yang umumnya berkaitan dengan aspek nasional atau global, dan tradisi kecil (little traditions) yang lebih terkait dengan kehidupan sehari-hari masyarakat rakyat. Dia menyadari bahwa ketegangan antara kedua jenis tradisi ini dapat memainkan peran penting dalam mengelola perubahan sosial.

Meskipun konsep "folk society" telah mendapat kritik, Redfield membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang peran kearifan lokal dalam menghadapi transformasi sosial. Sumber daya ini dianggap sebagai potensi positif yang dapat memperkaya dan memperkuat keberlanjutan masyarakat di tengah dinamika perubahan.



Peran Local Wisdom Merancang Strategi Adaptasi


Fikret Berkes, seorang ahli ekologi manusia, mengembangkan teori adaptive co-management. Teori ini memandang pengetahuan lokal sebagai bagian integral dari strategi adaptasi masyarakat terhadap perubahan lingkungan, termasuk perubahan iklim.


Lewat teori "adaptive co-management," Berkes menekankan
  1. Pentingnya Pengetahuan Lokal sebagai elemen kunci dari strategi adaptasi. Berkes mengakui bahwa masyarakat lokal memiliki pemahaman mendalam tentang lingkungan mereka dan memiliki pengetahuan yang dapat digunakan untuk menghadapi perubahan iklim.
  2. Adaptive Co-Management yang mencakup kerjasama antara pemerintah, komunitas lokal, dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam konteks ini, masyarakat lokal tidak hanya dianggap sebagai penerima kebijakan tetapi juga sebagai mitra aktif dalam mengelola sumber daya dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
  3. Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat: Adaptive Co-Management juga mendorong partisipasi dan keterlibatan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan. Dengan melibatkan mereka secara aktif, masyarakat lokal dapat memberikan kontribusi berharga berdasarkan pengetahuan dan pengalaman lokal mereka, yang dapat meningkatkan efektivitas strategi adaptasi.
  4. Fleksibilitas dan Pembelajaran Bersama: Adaptive co-management menyoroti pentingnya fleksibilitas dan pembelajaran bersama dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan dan perubahan iklim. Masyarakat lokal diajak untuk terlibat dalam proses pembelajaran bersama, di mana pengetahuan lokal terus dievaluasi dan disesuaikan dengan perubahan kondisi lingkungan.
  5. Resilience Masyarakat: Teori adaptive co-management juga menciptakan landasan untuk membangun ketahanan (resilience) masyarakat terhadap perubahan iklim. Dengan memasukkan pengetahuan lokal dan melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan, adaptive co-management dapat membantu menciptakan sistem yang lebih tangguh bagi masyarakat local sehingga mampu beradaptasi.

Singkatnya, sumbangan teori adaptive co-management Fikret Berkes adalah pengakuan terhadap peran sentral pengetahuan lokal dan partisipasi masyarakat dalam merancang strategi adaptasi yang efektif dalam menghadapi perubahan lingkungan, termasuk tantangan perubahan iklim.


Masih ada beberapa ahli yang mengapresiasi peran strategis kearifan lokal pada komunitas-komunitas lokal dalam menghadapi berbagai tantangan, terutama tantangan proses globalisasi.



Local Wisdom sebagai Pendidikan Informal


Local wisdom sering menjadi sumber pengetahuan yang kaya untuk pendidikan informal. Pengetahuan yang ditransmisikan melalui cerita rakyat, legenda, atau tradisi lisan dapat menjadi landasan untuk pembelajaran di dalam komunitas.


Hal itu diakui oleh beberapa ahli:
  1. Wade Davis, seorang antropolog dan penulis, sering menekankan pentingnya pengetahuan tradisional dan kearifan lokal dalam menjaga keberagaman budaya dan lingkungan.
  2. Paulo Freire, seorang pendidik dan filsuf, juga memberikan perspektif tentang bagaimana pendidikan informal dapat memanfaatkan local wisdom untuk memberdayakan komunitas. 
  3. Bronisław Malinowski, seorang antropolog, memberikan wawasan tentang peran cerita rakyat dan tradisi lisan dalam menjaga dan mentransmisikan pengetahuan pada masyarakat tradisional.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa komunitas lokal dapat menjaga keberlanjutan mereka melalui praktik-praktik tradisional yang telah terbukti efektif dalam menghadapi perubahan. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang lingkungan, nilai-nilai budaya, dan sistem pengetahuan yang dapat diterapkan dalam situasi perubahan eksternal.


Dengan memahami dan menghargai local wisdom, komunitas setempat dapat membangun fondasi yang kuat untuk ketahanan dan keberlanjutan. Oleh karena itu, peran local wisdom sangat penting dalam melestarikan warisan budaya, mengatasi tantangan lokal, dan menciptakan lingkungan di mana masyarakat lokal dapat berkembang secara harmonis.



Penutup

Dari seluruh paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kearifan lokal atau local wisdom bukan hanya warisan berharga, tetapi juga kunci untuk menjawab kompleksitas zaman. Dengan memahami dan menghargai local wisdom, kita merangkul masa depan yang berkelanjutan dan harmonis.


Mari terus menerus menggali potensi local wisdom untuk membentuk dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang.




Daftar Pustaka:


Fung, A. Y. H., & Yen, D. A. (2010). Indigenous management research in Asia: Synthesis and future directions. Asia Pacific Journal of Management, 27(1), 155-170.
Juntasa, V. (2006). Local Wisdom of Indigenous Community for Sustainable Development in Northern Thailand. Interdisciplinary Environmental Review, 7(2), 132-146.
Suprapto. (2012). Pemanfaatan Kearifan Lokal untuk Konservasi Lingkungan di Bali. Jurnal Penelitian Humaniora, 17(2), 121-134.
Gadgil, M., & Guha, R. (1992). This Fissured Land: An Ecological History of India. University of California Press.
Berkes, F. (2009). Evolution of co-management: Role of knowledge generation, bridging organizations and social learning. Journal of Environmental Management, 90(5), 1692-1702.
Redfield, R. (1956). Peasant society and culture: An anthropological approach to civilization. University of Chicago Press.
Davis, W. (2009). The Wayfinders: Why Ancient Wisdom Matters in the Modern World. House of Anansi Press.
Peck, M. S. (1987). The Different Drum: Community Making and Peace. Touchstone.
Ostrom, E. (1990). Governing the commons: The evolution of institutions for collective action. Cambridge University Press.
Freire, P. (1970). Pedagogy of the Oppressed. Continuum.





Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url