Mengungkap Keindahan Tersembunyi: Keanekaragaman Tumbuhan di Taman Nasional Komodo


Taman Nasional memiliki kekayaan yang luar biasa: ada komodo dragon, hewan-hewan liar, tumbuhan yang beranekaragam, view yang indah dan masih banyak lagi
Pulau Padar, hanyalah satu dari sekian banyak keindahan yang ditawarkan oleh Taman Nasional Komodo




tempatguru.com. Sudah pasti bahwa Taman Nasional adalah rumah alami Komodo Dragon. Di sana, sesungguhnya ada banyak hewan atau fauna yang menghuni Taman Nasional Komodo. Di balik kegersangan di saat musim kemarau, Taman Nasional Komodo memiliki banyak sekali jenis tanama. Dalam postingan ini, tempatguru akan Mengungkap Keindahan Tersembunyi: Keanekaragaman Tumbuhan di Taman Nasional Komodo.



Keanekaragaman Tumbuhan di Taman Nasional Komodo




Di atas daratan yang berkontur dan berbukit-bukit hidup beberapa jenis flora dan fauna yang tidak kalah beranekaragamnya, yaitu :


1. Padang Rumput dan Hutan Savana


Rerumputan merupakan jenis tumbuhan yang paling dominan di Taman Nasional Komodo. Berbagai jenis rumput yang tumbuh di Taman Nasional Komodo adalah: Setaria adhaerens, Chloris barbata, Heteropogon contortus, Themeda gigantea dan Themeda gradiosa.


padang savana dengan pohon-pohon lontar dan kumpulan berbagai pohon di palung-palung bukit adalah habitat jenis hewan mamalia yang merupakan makanan utama komodo dragon
Padang savana di perbukitan dengan kumpulan pohon di lembah-lembah kecil serta pohon lontar yang menyebar di padang savana adalah pemandangan utama Taman Nasional Komodo

Ketika musim hujan, rerumputan itu menciptakan pemandangan hijau di hampir seantero Taman Nasional Komodo. Rerumputan inilah menjadi makanan lezat bagi penghuni Taman Nasional Komodo, mulai dari kerbau liar, kuda liar dan rusa timor yang telah beradaptasi secara baik sejak didatangkan dari pulau Timor sebagai “persediaan” makanan bagi primadona Taman Nasional Komodo, Varanus Komodoensis.


Kombinasi antara hijaunya rerumputan, jernihnya laut dan birunya langit menciptakan pemandangan khas pada gugusan pulau-pulau Taman Nasional Komodo yang unik, eksotis dan kontemplatif itu.


Sedangkan savana adalah perbukitan yang terbuka dengan rerumputan yang tinggi dan pohon yang menyebar dan jarang. Kombinasi antara area padang rumput dan hutan savana mendominasi Taman Nasional Komodo hingga kurang lebih 70% dari seluruh Taman Nasional Komodo.


Bentangan alam yang sama menampilkan wajah yang berbeda pada dua musim yang berbeda, itulah keindahan alam taman nasional komodo
Bentangan alam yang sama menampilkan view yang berbeda di saat musim yang berbeda, itulah salah satu kekayaan Taman Nasional Komodo

Biasanya rerumputan itu akan menguning di penghujung musim hujan dan semakin kering dan meranggas di
kemarau. Kondisi kekeringan yang luar biasa pada musim kemarau ini sering menimbulkan kebakaran hutam.


Kombinasi antara meranggasnya rerumputan, jernihnya laut dan birunya langit juga menciptakan pemandangan khas pada gugusan pulau-pulau Taman Nasional Komodo pada musim kemarau. Kondisi Taman Nasional Komodo pada musim hujan secara ekstrem berbeda keadaannya dengan musim kemarau. Ada kontras lingkungan yang cukup signifikasi pada daratan pulau-pulau di Taman Nasional Komodo yang diakibatkan oleh perbedaan musim kering dan musim hujan.


Selain padang rumput dan savana yang dominan, ada pula pohon yang dominan tumbuh di padang savana Taman Nasional Komodo, yaitu pohon lontar dan bidara. Lontar termasuk dalam genus palem yang sangat tahan terhadap suhu udara yang panas dan kering.


Pohon lontas adalah jenis palem yang tahan terhadap cuaca panas. Pohon ini sangat umum ditemukan di TNK. Bagi orang Flores dan NTT umumnya, lontar adalah pohon kehidupan karena banyak manfaat yang diberikan jenis palem ini
Lontar, pohon sejuta manfaat. Air sadapan bunga lontar adalah minuman yang selalu menemani penduduk NTT

Pada kebanyakan suku-suku di Floreas, buah pohon jantan diproses untuk menghasilkan cairan sejenis nira yang rasanya manis dan sedikit kecut. Bagi orang-orang di Flores bagian timur, cairan ini biasanya dicampur dengan jagung titi dan menjadi sarapan seenak sereal. Bila diberi ramuan berupa kulit pohon tertentu, cairan itu menjadi minuman beralkohol, yang oleh orang-orang Flores disebut tuak atau moke. Cairan itu bisa diproses lagi dengan cara menyuling dan menghasilkan minuman arak yang berkadar alkohol cukup tinggi.

Bagi orang-orang Flores, tuak dan arak adalah minuman wajib dalam acara-acara adat. Mereka tidak akan membicarakan hal-hal adat yang penting kalau tuak atau arak belum disajikan. Ada semacam nilai religius yang terkandung di dalamnya. Bagi orang Flores, walaupun makanan apa adanya, tetapi bila moke atau araknya enak, tuan rumah akan dinilai berhasil.


Sedangkan daun lontar dapat digunakan sebagai tempat air, kertas tulis dan pembungkus rokok dan untuk

Proses penyulingan tradisional air hasil sadapan bunga lontar menjadi arak yang sangat enak
Arak, minuman beralkohol adalah hasil penyulingan yang dilakukan secara alami tanpa bantuan kimiawi buatan pabrik

atap rumah, Kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan. Sampai tahun 70-an kebanyakan jembatan di Flores peninggalan Belanda dibuat dari batang lontar ini. Menurut orang-orang tua Flores, semakin kena air, batang lontar akan semakin kuat.


Bila buah pohon jantan bisa diproses menjadi nira, maka buah pohon betina yang telah matang dapat dimakan. Buah lontar ini dimakan oleh babi hutan, rusa, monyet dan manusia.




2. Hutan Tropis



Keberadaan pohon-pohon di TNK membentuk kanopi alam dan digunakan sebagai tempat berteduh, tempat berlindung dan tempat mencari makan berbagai hewan penguhuni Taman Nasional Komodo.
Pohon-pohon adalah tempat perlindungan hewan-hewan liar penghuni Taman Nasional Komodo

Selain savana, sekitar 25 % daratan pulau-pulau di Taman Nasional Komodo ditumbuhi aneka jenis pohon yang membentuk hamparan hutan di bagian kaki-kaki perbukitan dan sepanjang hamparan anak sungai dan cekungan-cekungann perbukitan.


Pohon-pohon ini membentuk kanopi alam dan digunakan sebagai tempat berteduh, tempat berlindung dan tempat mencari makan berbagai hewan penguhuni Taman Nasional Komodo. Ketika musim kering, kebanyakan dedaunannya meranggas, menyisakan dahan-dahan telanjang dan segera mengeluarkan daun-daun mudah menghijau ketika hujan pertama tiba yang menandai datangnya musim hujan yang relatif pendek.


Walaupun bukan merupakan hutan hujan tropis yang luas dan padat, pohon-pohon yang membentuk hutan Taman Nasional Komodo cukup beranekaragam. Pada pohon-pohon yang bercabang rendah sering ditemukan jenis tumbuhan epifit, yaitu tumbuhan yang menumpang atau menempel pada pohon lain seperti anggrek liar dan jenis paku-pakuan.


Hutan ini adalah tempat yang baik, terutama bagi Komodo untuk berlindung dan untuk berburu. Biasanya


Pohon-pohon besar dan tinggi membentuk kanopi alam dan digunakan sebagai tempat berteduh, tempat berlindung dan tempat mencari makan berbagai hewan penguhuni Taman Nasional Komodo, terutama Komodo Dragon
Keberadaan pohon-pohon besar menciptakan tempat yang teduh sehingga Komodo bisa tidur siang dengan nyaman


komodo akan membentuk kamuflase untuk memperdaya mangsanya di antara akar-akan, batang kayu ataupun daun-daun. Dengan menggunakan indera perasa yang ada pada lidah dan bagian-bagian kulitnya, Komodo akan menunggu mangsanya lengah lalu menerkamnya.


Tumbuhan dominan yang membentuk hutan di Tamana Nasional Komodo antara lain kesambi, pohon asam, kepuh, dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Kesambi atau kosambi bisa mencapai tinggi 15-40 meter, dengan diameter batang 60-175 cm. Karena kayunya mempunyai struktur yang padat, rapat, kusut dan sangat keras, oleh penduduk setempat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan perahu.


Kosambi, salah satu pohon yang banyak ditemukan di taman nasional komodo
Kosambi, pohon yang memiliki kegunaan sebagai bahan pembuatan perahu dan untuk pengobatan

Daunnya yang masih muda bisa dijadikan sayur asam atau dimakan mentah sebagai lalapan meski rasanya sepat. Daun keringnya dapat dibakar dan asapnya digunakan untuk pengobatan (pengasapan) penyakit kudis dan gatal-gatal. 


Buah yang masih hijau dapat dimakan dan diolah sebagai asinan. Buah yang sudah matang berwama kuning atau kemerah-merahan dan dapat dimakan pula oleh manusia. Buah kesambi yang sudah matang sangat digemari oleh monyet dan burung.
Tanaman ini sangat tahan terhadap api dan kekeringan sehingga dapat bertumbuh subur di Taman Nasional Komodo yang secara umum sangat kering dan bercurah hujan rendah.


Selain kosambil, ditemukan juga pohon kepuh. Kepuh atau pranajiwa, dalam bahasa Inggris disebut “wild almoun”. Hal ini terjadi karena biji kapuh yang kaya manfaat iyu berbentuk seperti biji almoun. Tanaman ini dikategorikan sebagai tanaman langka. Secara umum, saat ini, pohon kapuh hanya ditemukan di tempat-tempat yang dianggap keramat sehingga di Jawa dikenal sebagai pohon “gendruwo”.


Tingginya bisa mencapai 40 meter dengan diameter batang bagian bawah hingga mencapai 3 meter. Cabang- ujung ranting. Ketika baru bertumbuh bunganya berwarna kuning keabuan dan secara perlahan berubah menjadi merah dan segera mengeluarkan bakal buah.
cabangnya bertumbuh secara mendatar dan bertingkat. Daunnya menjari dengan panjang berkisar antara 10-17 cm. 

Bentuk buah kepuh agak unik. Di atas tangkai menjulurlah 5 kelopak buah yang mulanya berwarna hijau dan secara perlahan berubah menjadi merah. Buahnya cukup besar dan agak lonjong berukuran 7-9 cm, selebar sekitar 5 cm dengan berat sekitar 1 – 3 kg. Ketika matang, buahnya akan membuka. Di dalamnya terdapat biji-biji kapuh berwarna coklat kehiataman.


Kepuh atau pranajiwa, dalam bahasa Inggris disebut “wild almoun”. Hal ini terjadi karena biji kapuh yang kaya manfaat iyu berbentuk seperti biji almoun. Tanaman ini dikategorikan sebagai tanaman langka. Secara umum, saat ini, pohon kapuh hanya ditemukan di tempat-tempat yang dianggap keramat sehingga di Jawa dikenal sebagai pohon “gendruwo”.
Pohon Kepuh di Taman Nasional adalah Rumah bagi burung Kakatua Jambul Kuning


Di Taman Nasional Komodo, pohon kepuh merupakan rumah yang aman bagi burung kakak tua jambul kuning
(Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi. Burung-burung memanfaatkan pohon Kepuh menjadi sarangnya. Mereka juga memakan biji-biji pohon kepuh yang melimpah itu. Karena tajuk dan perakarannya yang cukup besar, pohon kepuh dapat berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena akarnya dapat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar.


Selain, kesambil dan kepuh, pohon yang sering ditemukan di Taman Nasional Komodo adalah pohon bidara. Bidara adalah pohon kecil yang sangat tahan terhadap cuaca panas. Pohonnya kecil dan dapat bertumbuh hingga setinggi 15 meter. Cabang-cabangnya menyebar dan menjuntai disertai ranting-ranting yang bertumbuh secara simpang siur.


Buahnya berbentuk bulat hingga bulat telur dengan ukurab 4 x 6 cm. Buahnya dan bisa diolah menjadi minuman segar. Bisa juga dikeringkan dan dijadikan manisan. Di Tanan Nasional Komodo, buah bidara adalah sumber makanan yang penting untuk rusa, babi hutan, kerbau liar, dan kuda liar. Buah ini juga sangat disukai oleh kera ekor panjang yang populasinya cukup banyak di Taman Nasional Komodo.
enak dimakan





3. Anggrek Komodo


Pada dataran yang lebih tinggi ( di atas 500 meter dpl ), terutama pada puncak-puncak bukitnya, seperti Gunung Satalibo dan Gunung Ara juga ditemukan tanaman rotan, bambu dan rerumputan tinggi.


meskipun sebagian besar daratan Taman Nasional Komodo termasuk kering, namun kawasan ini juga memiliki lebih dari 30 jenis anggrek. Keberadaan anggrek-anggrek itu sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda.
Taman Nasional Komodo yang kering terdapat jenis aggrek yang indah

Yang paling menarik, meskipun sebagian besar daratan Taman Nasional Komodo termasuk kering, namun kawasan ini juga memiliki lebih dari 30 jenis anggrek. Keberadaan anggrek-anggrek itu sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Bahkan pusat penelitian tumbuh-tumbuhan yang berkedudukan di Bogor sudah melakukan penelitian atas keberadaan anggrek Komodo sebelum varanus komodoensis-nya dikenal luas.


Kebanyakan anggrek-anggrek tersebut hidup di hutan pegunungan yaitu Gunung Ara dan Gunung Satalibo di Pulau Komodo.


Ada anggrek yang hanya ditemukan di Taman Nasional Komodo, yaitu disperis javanica J.J.Sm, anggrek dendrobium sp dan anggrek Thrixspermum arachnithes yang baru diketahui hanya dijumpai di Gunung Ara, Pulau Komodo.


Selain itu juga ditemukan anggrek nervilia spyang berdaun lebar di Loh Sebita ( Pulau Komodo ), Loh Baru dan Loh Dasami ( Pulau Rinca ).

Anggrek pegunungan di Gunung Ara dan Gunung Satalibo, Pulau Komodo biasanya mekar hanya sekali dalam setahun, tepatnya pada bulan September atau Desember.

anggrek amoeofit, yaitu anggrek yang hidup di tanah. Ada masa di mana hanya muncul daunnya saja. Ketika musim bunga, maka yang tampak adalah bunganya saja tanpa daun
Amoeofit - salah satu jenis anggur di Taman Nasional Komodo dan bertumbuh di tanah.



Sebagian besar anggrek-anggrek tersebut belum dapat diidentifikasi, hanya beberapa jenis saja yang telah diketahui namanya.

Kebanyakan anggrek di hutan pegunungan ini hidup secara epifit, namun juga ditemukan anggrek amoeofit, yaitu anggrek yang hidup di tanah. Ada masa di mana hanya muncul daunnya saja. Ketika musim bunga, maka yang tampak adalah bunganya saja tanpa daun. Paling tidak ada dua jenis anggrek ini yang ditemukan di Taman Nasional Komodo.


Vanda limbata yang dapat dijumpai hampir di seluruh hutan monsoon di kawasan Taman Nasional Komodo terutama di Pulau Komodo dan Pulau Gili Motang. Bunga anggrek yang berwarna kemerahan ini mekar hampir sepanjang tahun
Vanda Limbata, anggrek di TNK yang berbunga sepanjang tahun

Vanda limbata yang dapat dijumpai hampir di seluruh hutan monsoon di kawasan Taman Nasional Komodo terutama di Pulau Komodo dan Pulau Gili Motang. Bunga anggrek yang berwarna kemerahan ini mekar hampir sepanjang tahun, tidak seperti kebanyakan anggrek hutan lain yang hanya mekar satu atau dua kali dalam setahun.




Selain itu ditemukan juga anggrek jenis Anggrek lain yang dapat dijumpai di hutan monsoon kawasan wisata terutama Loh Liang, Pulau Komodo adalah anggrek Dendrobium dengan bunga berwarna putih dan orange. Anggrek Dendrobium berbunga putih mekar sekitar bulan Juni. Sedangkan anggrek Dendrobium berbunga orange mekar sekitar bulan September. Kadang-kadang juga dijumpai mekar pada bulan Januari. Anggrek Dendrobium sp berbunga putih juga dapat dijumpai di lembah-lembah (hutan monsoon), terutama di Pulau Komodo dan Pulau Gili Motang.


4. Hutan Mangrove



Hutan mangrove atau hutan bakau adalah kumpulan pohon atau semak-semak yang hidup dan tumbuh di daerah pasang surut.
Hutan Mangrove ditemukan menghampar pada area pantai di pulau-pulau Taman Nasional Komodo

Hutan mangrove atau hutan bakau adalah kumpulan pohon atau semak-semak yang hidup dan tumbuh di daerah pasang surut. Hutan Mangrove sering juga dikenal dengan sebutan Hutan Bakau. Karena mayoritas populasi tanaman yang hidup pada Hutan Mangrove adalah tanaman bakau.


Hutan mangrove didominasi oleh pepohonan yang khas serta memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang diperairan asin. Diantara pepohonan tersebut terdiri dari jenis tanaman yang buah dan daunnya dapat dimakan oleh manusia dan hewan dan ada pula yang tidak.


Di Taman Nasional Komodo, hutan bakau merupakan rumah bagi berbagai jenis hewan. Sama seperti bakau pada umumnya, hutan bakau di Taman Nasional memiliki kedudukan yang sangat penting. Menjadi penghalang alami bagi daratan sehingga abrasi bisa dihalangi.
Mangrove memiliki fungsi yang krusial untuk mencegah abrasi dan menjadi rumah bagi udang dan kepiting

Hutan ini memiliki kedudukan yang sangat penting karena menjadi pendukung berbagai jasa ekosistem, termasuk produksi perikanan dan siklus unsur hara. Di Taman Nasional Komodo, hutan ini kebanyakan terletak di teluk-teluk yang terlindungi dari hempasan gelombang.


Di Taman Nasional Komodo, hutan bakau merupakan rumah bagi berbagai jenis hewan. Sama seperti bakau pada umumnya, hutan bakau di Taman Nasional memiliki kedudukan yang sangat penting. Menjadi penghalang alami bagi daratan sehingga abrasi bisa dihalangi. Juga menjadi tempat pembiakan, berpijah, dan daerah perlindungan bagi ikan, kepiting, udang, dan moluska.


Daunnya yang terus menghijau memberikan kontras yang sangat baik bagi pemandangan di Taman Nasional Komodo yang coklat, kering dan tandus di musim kemarau.


Penutup


Kami telah mengungkap keindahan tersembunyi: Keanekaragaman tumbuhan di Taman Nasional Komdo.


Faktanya, Taman Nasional memiliki kekayaan hayati yang beragam, tidak  hanya Komodo Dragon. Di tulisan kami yang lain, Anda bisa menelusuri Keberagaman Hewan yang mengagumkan bukan hanya Komodo Dragon. 


Di sini, kita telah mendapatkan informasi tentang keanekaragaman tumbuhan di Taman Nasional Komdo. Di tempat ini, kita bisa melihat berbagai macam jenis tumbuhan  yang menganyam ekosistem alam yang unik dan cocok untuk  keberlangsungan hidup Komodo.


Semua hal di atas  bisa Anda saksikan saat  mengunjungi Taman Nasional Komodo. Rumah Komodo Dragon ini memiliki kehidupan flora atau tumbuhan yang beragam dan harus dilestarikan demi keberlanjutan Komodo Dragon itu sendiri.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url